Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keunggulan Jokowi Meramu "Primal Leadership"

14 September 2012   17:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:27 2437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seorang pemimpin yang mampu mengembangkan perasaan positif maka pemimpin tersebut akan menjadi resonansi (resonance), yaitu pemimpin yang mampu menyelaraskan diri dengan perasaan orang-orang yang dipimpinnya dan menggerakkan perasaan mereka ke arah emosi positif.  Kata resonansi (resonance) berasal dari bahasa latin resonare yang artinya "menggemakan", sedangkan menurut Oxford English Dictionary arti resonance adalah "penguatan atau pemanjangan suara melalui pemantulan" atau "melalui getaran yang selaras".

Jadi kepemimpinan yang resonan dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk kepemimpinan yang mampu memantulkan bunyi untuk menggerakkan nada emosi positif orang yang dipimpinnya yang terlihat ketika seorang pemimpin mampu membuat getaran yang selaras secara emosional dan berada pada gelombang yang sama didalam perasaan yang sama.

Salah satu tanda pemimpin yang resonan adalah ketika seorang pemimpin mampu menjadikan pengikutnya bervibrasi dengan energi semangat dan antusiasme pemimpin dan ketika seorang pemimpin mampu menciftakan perekat yang mengikat orang yang dipimpin kedalam sebuah cita-cita atau visi bersama, dan inilah satu lagi contoh terpenting dalam model primal leadership.

Model primal leadership inilah yang telah lama hilang dari tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini, dan bagaikan sebuah kerinduan yang telah lama tidak terobati dalam atmosfir kehidupan politik Bangsa Indonesia. Keberhasilan Jokowi sebagai Walikota Solo yang dianggap mampu memimpin masyarakat Solo dengan metode merakyat, mengatasi masalah rakyat dengan mempergunakan kaca mata rakyat serta kedekatan dirinya dengan perasaan masyarakat Solo menjadi sebuah contoh model kepemimpinan yang mengandalkan kecerdasan emosional dalam arti keterampilan kepemimpinan yang mengandalkan kemampuan memproyeksikan diri pemimpin kedalam perasaan yang sedang dialami oleh masyarakat.

Kemenangan pasangan Jokowi pada putaran pertama pemilihan Gubernur Jakarta menjadi sebuah indikator bahwa masyarakat Indonesia umumnya juga tengah dilanda kerinduan terhadap seorang pigur pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional, apa yang terjadi di Jakarta menjadi sebuah barometer kehidupan dan detak jantung masyarakat Indonesia karena Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia merupakan mikrokosmos kehidupan nasional.

Oleh karena itu selayaknyalah jika fenomena kemenangan pasangan Jokowi pada putaran pertama pemilihan Gubernur Jakarta dijadikan sebagai sebuah wahana permenungan dan otokritik terhadap para elit politik dan elit penguasa negeri ini, dan menggoreskan catatan bertinta emas tentang terungkapnya sebuah realita baru bahwa sesungguhnya masyarakat dewasa ini menginginkan lahirnya pigur pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional, yaitu pemimpin yang mampu menyelami perasaan rakyatnya dan mampu memenuhi keinginan rakyatnya.

Keberhasilan Jokowi dalam pertarungan pemilihan Gubernur Jakarta merupakan sebuah cermin besar yang tidak kabur diselimuti debu sebagai sebuah wahana yang tepat dipergunakan untuk melihat raut wajah kehidupan sosial politik Bangsa Indonesia, dan menjadi sebuah sarana untuk melakukan ziarah bathin untuk mendengarkan bisikan hati kecil masing-masing yang telah lama diabaikan karena selama ini memiliki penuh keyakinan untuk hanya mengandalkan kemampuan rasionalitas, serta menganggap bahwa segala sesuatunya dalam kehidupan ini seakan bisa diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif  dan materialistik.

Sudah tiba saatnya untuk berpaling kembali kepada orisinalitas bisikan sayup-sayup hati nurani masing, karena walaupun hati nurani itu telah lama diabaikan, sudah merupakan sifat hakikinya untuk tetap setia dengan keberadaannya untuk menantikan kita kembali kepadanya. Itulah keunggulan hati nurani yang tidak pernah membenci walaupun sering kita abaikan, secongkak apapun kita mengabaikannya dan sejauh apapun kita meninggalkannya hati nurani kita akan tetap merentangkan tangannya secara terbuka untuk menerima kita kembali kedalam pelukannya.

Setulus hati nurani itulah kerinduan perasaan rakyat Indonesia menantikan kehadiran pemimpin nasional yang suatu saat diharapkan akan lahir ditengah-tengah kehidupan saat ini yang sarat dengan cerita basi tentang tingkah laku pemimpin korup, mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki rasa peduli terhadap  jeritan hati masyarakatnya.

Jika kerinduan ini juga tidak mampu menggugah perasaan para elit politik dan penguasa negeri ini maka wajarlah jika kita bertanya sekali lagi "Apa sebenarnya yang telah hilang dari kehidupan politik Indonesia dewasa ini ?".  Padahal bangsa ini telah banyak dihuni oleh orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi, bahkan diantara tulisan namanya tersemat lebih dari satu gelar sarjana.

Jawaban atas pertanyaan ini mengingatkanku kepada sebuah artikel tulisan sahabatku yang berjudul " KANCIL : KECERDASAN TANPA KARAKTER". Iya di negeri ini telah banyak orang cerdas, bahkan kecerdasannya itu mampu mengalahkan kecerdikan seekor kancil ketika mengelabui segerombolan buaya di sebuah sungai, cerita ini tidak asing bagi kita karena merupakan sebuah cerita populer untuk konsumsi anak-anak, jadi kita sepakat untuk mengatakan bahwa kancil itu memang memiliki kecerdasan, lebih tepatnya cerdik, tetapi seorang sahabat saya memvonnisnya bahwa kecerdasan kancil tersebut tanpa karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun