Akhir-akhir ini cukup banyak orang disibukan oleh Rocky Gerung (RG) yang dikenal sebagai sosok kontroversial, terutama karena pandangannya tentang "Kitab Suci itu fiksi". Banyak orang yang tersentak dari tidurnya bahkan ada orang yang bangkit dari kematian alam pikirnya oleh pandangan RG tersebut.
Sehubungan denganitu, hal yang membuat sejumlah orang sedikit bingung adalah mengapa disaat publik ramai tentang pandangan RG tersebut, justru lebih banyak para pemain politik dan ilmuan yang berpendapat dan berkomentar tentang pandangan RG itu? Ada apa dibalik semua ini?
Inilah pertanyaan-pertanyaan yang terus mengganggu pikiran banyak orang dan hingga saat ini belum diketahui jawabannya secara pasti. Namun banyak spekulasi jawaban yang beredar dalam masyarakat, antara lain:
Pertama, ada anggapan bahwa RG itu "sudah gila" sehingga berani mengatakan bahwa Kitab Suci itu fiksi. Karena itu, menurut mereka, RG tak perlu ditanggapi terlalu serius, apalagi masih menyisahkan tanya: "Kitab Suci Agama apa yg dimaksud oleh RG?". Kemampuan RG berfilsafat itu tak bisa dipahami oleh kaum awam, sehingga pada akhirnya mereka menyebutnya "sudah gila".
Kedua, tentang mengapa lebih banyak pemain politik yang sibuk? ada anggapan masyarakat bahwa para pemain politik itu ingin merebut panggung politik yang sedang terbuka untuk dikelola.
Rupanya masyarakat awam sudah mulai mengerti, bahkan makin paham tentang kelakuan para pemain politik. Hebatnya lagi, dinamika itu kemudian membawa-bawa capres tertentu yang belum bisa dipastikan apakah menguntungkan atau malah justru merugikan capres yang bersangkutan.
Ketiga, munculnya banyak ilmuan dalam drama RG ini, merupakan wujud tanggung jawab mereka untuk memberikan pencerahan kepada warga tentang ilmu filsafat dan kaitannya dengan pandangan RG yang dianggap sebagai sebagai sosok filsafat moderen.
Dari penjelasan keilmuan itu, ada ilmuan menganggap bahwa upaya pelibatan RG dalam masalah hukum positif adalah suatu hal yang kurang tepat. Menurut mereka sangat sulit suatu pemikiran diadili karena pemikiran atau pandangan seseorang tidak berwujud untuk kebutuhan pembuktian hukum. Biasanya, jika suatu pandangan filsafat telah menimbulkan dampak-dampak fisik yang merugikan, barulah dapat diadili karena telah memiliki bukti-bukti pelanggaran hukumnya.
Terlepas dari semua pendapat dan anggapan di atas, hal pasti bahwa RG itu belum gila atau tidak gila sebagaimana yang disangkakan oleh sejumlah orang.
RG tetap dianggap sebagai sosok filsafat modern yang mencoba bermain-main dengan logika filsafat dalam situasi yang tepat untuk dipermainkan oleh segelintir orang. Lalu makin banyak orang terjebak dalam permainan logika filsafat itu. Dalam kejadian ini, RG cukup sukses memainkan banyak orang, serta sukses mendulang popularitas... hehehe... (ada-ada saja...)
Salam sehat pak RG, semoga kita semua tetap sehat.