Mohon tunggu...
Humaniora

Bahasa Pedang Bermata Dua bagi Persatuan

16 Maret 2017   09:54 Diperbarui: 16 Maret 2017   10:04 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri ( Bahasa) dari pengertian dasar bahasa dapat diketahui bahwa bahasa merupakan sebuah alat atau tatanan dalam masyarakat, komunitas, bahkan bangsa yang sangat penting perannya dalam interaksi individu sehingga dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan. Bangsa Indonesia telah membuktikan betapa pentingnya bahasa dalam mencapai cita-cita nya menjadi bangsa yang merdeka. 

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan tonggak sebuah komitmen berbahasa satu untuk membangun kerjasama, interaksi dan identifikasi diri sehingga seluruh bangsa paham akan tujuan perjuangan menuju bangsa yang merdeka. 17 tahun kemudian komitmen tersebut terwujud dalam proklamasi kemerdekaan, yang menjadi tonggak eksistensi bangsa Indonesia sebagai negara merdeka yang ingin mewujudkan sebuah negara yang melindungi segenap bangsa dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa serta berperan aktif dalam mendukung ketertiban dunia. Cita-cita mulia yang sampai sekarang masih terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia dengan berbagai tantangannya dari waktu ke waktu. 

Diawal kemerdekaan ancaman dari kolonial yang ingin mempertahankan penjajahan merupakan tantangan yang harus dihadapi disamping tantangan dari dalam negeri sendiri ujian muncul dari kelompok-kelompok yang ingin memaksakan kehendak untuk berkuasa. Kesatuan bahasa menjadi kunci tegaknya bangsa ini dalam menjawab tantangan satu bahasa menolak penjajahan dan satu bahasa berkomitmen sebagai negara berketuhanan mengantar melewati tantangan diawal kemerdekaan. 

Dimasa pembangunan tantangan dalam berbahasa satu muncul dalam kemanusiaan yang adil dan beradab, ujian ini belum bisa dilewati dengan baik oleh bangsa Indonesia, munculnya reformasi merupakan “kegagalan” bangsa Indonesia menyatukan bahasa kemanusiaan yang adil dan beradab seperti kita tahu ekses reformasi adalah kerusuhan kemanusiaan yang jauh dari kata beradab dimana negara harus berhadapan dengan rakyat yang seharusnya dilindungi. Pembangunan yang menjauhkan bangsa pada tatanan kemanusiaan yang adil dan beradab. Hingga saat inipun kita menjumpai kemanusiaan yang adil dan beradab belum terwujud dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia menandakan bahwa kita belum satu bahasa mewujudkannya. 

Dari era revolusi, pembangunan dan reformasi semakin nyata bahwa bangsa Indonesia belum memiliki kesamaan bahasa dalam mewujudkan tujuan bernegara, bahkan belum jelas fokus tujuan bernegara. Generasi 1928 telah berhasil menyatukan bahasa untuk kemerdekaan, generasi revolusi, pembangunan, reformasi masih berjuang menyatukan bahasa tujuan bernegara Indonesia. 

Perkembangan dunia yang dinamis juga tantangan bagi kesatuan bahasa bangsa Indonesia, masyarakat diproses kedewasaannya dalam berbahasa di era teknologi dan dunia maya ini dimana komunikasi terjadi secara tidak langsung menggunakan tulisan. Setiap orang menemukan kebebasan dalam mengemukakan pendapat dalam dunia maya, tanpa melihat reaksi secara langsung pasangan berkomunikasi, dan sekali lagi kesatuan bahasa menemukan tantangan yang lebih berat dari kebebasan ini. 

Bahasa menjadi utama dalam kehidupan masyarakat melalui bahasa suatu masyarakat dapat menjadi kekuatan yang dahsyat dalam mencapai tujuannya dan melalui bahasa masyarakat dapat hancur terpisah. Tentunya sebagai bangsa Indonesia yang merupakan bangsa yang besar memiliki harapan yang sangat besar bangsa ini memiliki kesatuan bahasa dalam meraih tujuan bernegara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun