Mohon tunggu...
Ipulanas Anas
Ipulanas Anas Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sekedar meramaikan saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kadhafy Ternyata Seorang Penakut

25 Oktober 2011   10:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:31 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Entah apa yang merasuki fikirannya, sehingga pada usia yang relatif muda sudah berkeinginan  untuk berkuasa. Untk mewujudkan keinginannya itu, Khadafy menggulingkan Raja Idris yang dianggapnya boneka barat.

Setelah berhasil menggulingkan Raja Idris, Khdafy tak inginada orang yang berani mengusiknya, oposisi diberengus, kehidupan sosial masyarakat diawasi dengan ketat, orang-orang yang dicurigai ditangkap tanpa diadili.Era Khadafypun dimulai, 42 tahun lamanya.

Mungkin karena sudah kebanyakan duit, khadafy juga dikenal sangat nyentrik. Punya pengawal pribadi yang terdiri dari wanita yang konon sangat terlatih. Kemanapun dia pergi selalu membawa pesawat yang memuat segala peralatan yang diperlukan Khadafy, seperti peralatan untuk berkemah, sebab tidak jarang Khadafy tidak mau tinggal di hotel, tapi dalam tenda yang didirikannya disekitar hotel atau disekitar tempat pertemuan yang dihadirinya, bahkan ketika mengikuti sidang umum PBB, dia mendirikan kemah di luar gedung PBB. Bukan itu saja, Khadafi yang gemar meminum susu onta, juga membawa sekalian ontanya kemanapun dia pergi sehingga dia bisa mendapatkan susu onta langsung dari puting susu onta tersebut. Ada yang berseloroh mengatakan bahwa rombongan Khadafy adalah rombongan sirkus terbesar di dunia.

Kalau berpidato di PBB, Khadafypun tidak segan-segan meremehkan atau mengecam negara barat atau PBB itu sendiri sehingga tidak heran sebelum selesai berpidato, banyak delegasi sudah meninggalkan kursinya. Tapi Khadafy tidak peduli, yang penting dia sudah mengatakan apa yang harus dikatakannya. Dia tahu bahwa apa yang dikatakannya pasti dicatat oleh para wartawan sehingga ucapannya akan menajdi berita besar.

Khadafy telah mengangap dirinya King Of King sehingga apapun yang dikatakan king of king pasti dicatat, dan dianalisa para ahli.

Tapi ketika melihat negara Saddam Husein yang luluh lantak diserang sekutu untuk mencari senjata pemusnah masala yang sebanrnya hanya karangan dari George Bush sendiri, ternyata Khadafy ciut nyalinya, dia mempersilahkan barat memeriksa gudang senjata pemusnah massalnya, dia rela senjata pemusnah massal itu dilucuti dan Khadafy juga bersedia baikan dengan Amerika, membuka hubungan diplomatik dengan Amerika. Banyak yang terkejut melihat perubahan sikap Khadafy ini dan bertanya-tanya; apakah Khadafy sepengecut itu?

Ternyata orang yang kelihatannya gagah berani itu akhirnya keder juga melihat main hakim sendiri yang dilakukan Amerika dan sekutu dekatnya Inggeris di Iraq.

Gerakan perubahan yang terjadi di tanah Arab menjalar juga ke Libya. Khadafy melawan dengan menembaki rakyatnya sendiri sehingga banyak yang mati. Amerika tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini sebagai jalan masuk ke libya menggulingkan Khadafy. Sekutu dekatnya seperti Inggeris dan Prancis tak mau ketinggalan membuntuti dari belakang sebab mereka tau akan ada pembagian rejeki setelah Khadafy jatuh. Rejeki minyak, itulah motivasi negara para kapitalis ini membantu pasukan pemberontak yang tergabung dalam Dewan Transisi Nasiaonal atau NTC.

Maka, disinilah tamat riwayat Raja Gurun ini. Dia ditembak mati, mayatnya diseret dijalanan lalu dimasukkan kedalam pendingin di pasar sayur. Konon sebelum mati, saking takutnya, Khadafy sempat minta agar dia tidak dibunuh. Tapi siapa yang mau mendengar ratapannya? Sama seperti dia juga tidak mau mendengar ratapan orang yang minta ampun ketika mau dibunuhnya? Putrinya sampai pingsan demi mengatahui ayahandanya diperlakukan sangat biadab.

Yah, apa mau dikata, Akhir hidup Khadafy lebih tragis dari Saddam Husein. Kematian Khadafy yang sangat tragis itu  hendaknya menjadi peringatan bagi orang yang masih ingin coba-coba menindas rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun