Mohon tunggu...
Murda Sulistya
Murda Sulistya Mohon Tunggu... profesional -

life long learner

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Tabula Rasa" Masakan Padang yang Berjuru Masak Orang Papua

27 September 2014   07:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:19 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


http://goo.gl/cLgBcb

Film "Tabula Rasa" merupakan film yang diasisteni produser oleh Vino G. Bastian. Cerita dalam film ini lebih dominan tentang kuliner makanan yang berasal dari ranah Minang. Rumah makan Padang "Takano Juo" milik mak uwo dulunya berada di tanah kelahiran mak Uwo yaitu Padang, namum akibat gempa bumi sekitar tahun 2009 yang meluluhlantahkan dan membuat rata bangunan membuat mak owo pindah ke Jawa. Hanya mak uwo dan kedua pegawainya yang selamat dari bencana itu. Masakan padang di rumah makan mak uwo masih menggunakan metode tradisional semua, mak uwo bertutur jika cipta rasa  masakan yang enak jika semua disentuh dengan tangan, seperti menghalusakan bumbu masi menggunakan cobek tanpa menggunakan blender, memasak masih menggunakan kayu tanpa menggunakan kompor gas, menyaring santan dengan alat pemeras air santan khusus yang terbuat dari kayu.

Jimmy Kobogau yang berperan sebagai Hans merupanan pemuda yang berasal dari Serui, Papua. Hans bercita-cita ingin menjadi pemain bola profesional, bahkan hans mendapatkan tawaran yang baik untuk ke Jakarta. Setiba di Jakarta Hans mendapatkan musibah, salah satu kakinya patah akan tetapi pihak klub yang menampung dirinya tidak mau membantu pengobatannya karena biaya yang cukup mahal. Akhirnya Hans disisihkan, dengan ketidakberdayaannya dia mencoba melawan kerasnya hidup di Ibukota. Dia bekerja menjadi tukang kuli panggul beras di pasar dengan bayaran seadanya. Tempat tinggalnya juga sangat memprihatinkan yaitu di pinggir rel kereta api. Akibat tekanan hidup yang begitu kejam kepadanya, Hans mencoba bunuh diri di jembatan. Namun usahanya gagal, keesokan harinya mak Uwo yang hendak ke pasar melihat hans tertidur di tengah jalan.

Mak uwo dan Natsir membawa Hans ke rumah mak uwo, sesampainya di rumah mak uwo. Hans diberikan sepiring nasi dan sepiring gulai kepala ikan kakap. Dengan lahap Hans menyantap makanan yang disediakan Natsir. Gulai kepala ikan kakap merupakan makanan kesukaan mak uwo yang sudah meninggal ketika gempa. Karena kebetulan hari itu merupakan hari ulang tahun anaknya, mak uwo memasak gulai kepala ikan. Memasak makanan tersebut sepertu berziarah ke makam anaknya. Maka dari itu mak uwo tidak pernah memasak dan menjual masakan gulai kepala ikan kakap tersebut. Hans akhirnya dipekerjakan oleh mak uwo di rumah makan tersebut untuk membantu belanja mak uwo, membantu mengelap kaca, menyapu dan membersihkan meja dengan imbalan mendapatkan makanan.

Suatu hari juru masak mak uwo yaitu Parmanto kesal kepada Hans karena di saat kondisi pendapatan rumah makan mak uwo menurun malah mempekerjakan Hans. Singkat cerita Parmanto meninggalakan rumah makan dan menjadi juru masak di rumah makan padang modern yang lokasi tak jauh dari rumah makan mak. Juru masak di tempat mak uwo digantikan oleh Hans, ternyata Hans mempunyai bakat untuk memasak masakan padang karena hasil masakannya enak.

Rumah makan mak uwo sempat sepi, karena pelanggan banyak beralih ke rumah makan modern di dekat tempat mak uwo. Akhirnya Hans menemukan ide agar mak menjual gulai kepala ikan kakap, sementara rumah makan modern tersebut belum terdapat ide tersebut. Dengan susah payah akhirnya mak mengiyakan, dan tak lama rumah makan mak uwo kembali mengalami peningkatan pembeli.

Di atas merupakan sedikit penggalan cerita dari film produksi LifeLike Pictures. Film yang menceritakan kehangatan kekeluargaan ini selain menampilkan cerita haru juga cerita lucu. Meskipun Hans yang jauh-jauh ke pulau Jawa meninggalkan tanah kelahirannya, dan rela mengubur dalam cita-citanya dan beralih menjadi juru masak masakan padang. Namun sosok Hans mengajarkan kita bahwa akan kekuatan kita tidak boleh lemah meski kita berada di titik kehancuran dan bangkit dari keterpurukan itu meski jalannya berbeda dari yang diimpikan. Dari film Tabula Rasa ini mengenalkan bahwa dengan makanan kita bisa saling bertemu, memberi semangat, dan support meski dengan latar belakang yang berbeda. Dari cerita Hans, mak Uwo, Natsir, dan Parmanto mengajarkan kita akan pelajaran yang berharga tentang hidup.

doc. pri. bersama Jimmy dan Vino

Selamat menonton film keluarga ini, "Tabula Rasa".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun