Penyembahan salib memaknai liturgi perayaan Jumad Agung. Oleh karena itu kita dihadapkan pada ciri khas jalan hidup kristiani yaitu "Salib". Salib adalah salah satu lambang dan tanda dari sekian banyak lambang dan tanda yang dikenal dalam agama Kristen. Salib adalah lambang dan tanda yang sangat mendasar untuk hidup kemuridan dan kekristenan.
Salib juga menjadi simbol iman yang meresap di dalam lubuk hati kita. Salib merupakan tanda kekuatan dan persatuan komunitas Gereja. Dengan memandang salib, kita serentak memandang korban Kristus, dan sekaligus memperoleh kekuatan dari-Nya. Sejak kecil sampai akhir hidup, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, kita selalu menghayati korban Kristus yang ditandai dengan salib pada diri.
Simbol salib adalah puncak pengutusan Yesus Kristus sebagai hamba Yahwe ke tengah-tengah dunia dan ketengah-tengah hidup manusia yang syarat akan masalah sosial kemasyarakatan dan keimanan akan Allah.
Kisah Sengsara Yesus Kristus merupakan satu kisah "Kurban Kristus", satu kisah kesengsaraan "Salib". Perlakukan terhadap Hamba Yahwe dan sikapnya yang dilukiskan oleh Yesaya menandakan Yesus sebagai seorang pribadi yang luar biasa, mencengangkan banyak orang.
Ia dihina dan dihindari orang, rupanya begitu buruk karena derita yang ditimpakan kepada-Nya. Ia penuh kesengsaraan dan kesakitan. Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, Ia tidak membuka mulut-Nya. Ia menyerahkan nyawa-Nya ke dalam maut.
Waktu mati Ia ada di antara penjahat-penjahat, kuburnya ada di antara orang-orang fasih. Ia masuk hitungan para pemberontak. Padahal hamba Yahwe ini tidak berbuat kejahatan dan kekerasan.
Ia adalah orang benar, tidak ada tipu daya di dalam mulut-Nya. Sebaliknya oleh hikmat-Nya, Ia membenarkan banyak orang. Ia memikul kejahatan serta menanggung dosa mereka bahkan berdoa bagi para pemberontak.
Apakah kita hanya tercengang saja melihat kesaksian Yesus ataukah kita juga tergerak untuk mengubah diri dan menjadi lebih taat pada Tuhan?
Pandanglah dan hayatilah korban Kristus ini: dengannya komunitas Gereja dan komunitas kita memperoleh kekuatan dan dapat memperpanjang karya keselamatan. Komunitas terwujud selain untuk keselamatan para anggotanya tetapi juga bertujuan untuk keselamatan orang lain.
Menurut kitab Ibrani, Yesus dalam hidup-Nya sebagai manusia telah belajar menjadi taat kepada Allah. Ia sama dengan kita manusia, turut merasakan kelemahan-kelemahan kita dan telah mengalami cobaan-cobaan tetapi tidak berbuat dosa karena selalu taat pada kehendak Allah.