Waktu Gereja merayakan Ekaristi, peristiwa sentral penyelamatan ini menjadi sungguh-sungguh hadir dan "terwujudlah karya penyelamatan kita". Demikianlah setiap dari umat dapat ambil bagian di dalamnya, dan beroleh buahnya yang tak kunjung kering. Inilah iman yang dihayati oleh seluruh umat sepanjang abad.
Ekaristi mengungkapkan makna sifat apostoliknyaÂ
Ekaristi menciptakan persekutuan dan mengembangkan persekutuan. Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus menandaskan pentingnya persekutuan sebagai hakikat utama Ekaristi. Hidup dalam perpecahan berarti hitup yang tidak sesuai dengan apa yang mereka rayakan yakni Perjamuan Tuhan. Maka rasul Paulus mendorong mereka untuk kembali hidup dalam persekutuan persaudaraan sebagai buah dari Ekaristi (bdk. 1 Kor 11:17-34).
Santo Agustinus menggemakan lagi seruan ini, sambil mengutip kata-kata rasul: "Kamu adalah tubuh Kristus, dan masing-masing adalah anggotanya" (1 Kor 12:27), lanjutnya: "Bila kamu adalah tubuh dan anggota-Nya, maka tatkala kamu duduk di sekeliling meja, kamu akan sadar akan misterimu sendiri. Sungguh, kamu menyambut misterimu sendiri." Lebih lanjut, Santo Agustinus menegaskan bahwa dalam perjamuan-Nya Kristus telah membaktikan misteri damai dan kesatuan. Oleh karena itu siapa yang menyambut misteri kesatuan, tetapi tidak memelihara ikatan damai, maka ia bukan menyambut misteri sejahteranya, melainkan sebagai bentuk mendakwa dirinya sendiri.
Bertolak dari hal ini, kita disadarkan bahwa Ekaristi yang kita rayakan merupakan puncak dari iman kita. Namun ekaristi tidak hanya berhenti di altar perjamuan. Ekaristi tidak hanya berhenti di Gereja. Ekaristi harus berbuah dalam kehidupan. Iman harus berbuah dalam kasih, persekutuan, persaudaraan, perdamaian dengan semua orang maupun seluruh alam ciptaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H