Keluarnya Argentina sebagai juara Piala Dunia 2022, bukanlah berjalan mulus dari awal pertandingan sampai sukses mengangkat trofi. Kemenangan Argentina menegaskan kembali sebuah pepatah Latin, Vita est Militia (hidup adalah perjuangan).
Bagi saya, kemenangan ini bukan hanya sebuah prestasi semata, tetapi sebuah pelajaran berharga bagi kehidupan.
Pertama: Menang itu di akhir bukan di awal
Walaupun Argentina mengakhiri pertandingan dengan kemenangan dan berhasil menjadi juara, namum ia mengawali turnamen bergengsi ini dengan kekalahan. Pada laga pembuka melawan Arab Saudi, Argentina harus menerima kekalahan dengan skor 1-2.
Hal ini tentu membawa sukacita bagi masyarakat Arab Saudi dan para suporternya di seluruh dunia. Bahkan Raja Salman mengumumkan hari libur nasional bagi seluruh pegawai maupun pelajar, pada Rabu 23/11/2022.
Bukan hanya itu, dikabarkan pula bahwa Raja Salman akan memberikan hadiah super mewah bagi semua pemain timnas. Tak luput pula, warga net pun memberikan hadiah cercaan dan ejekan yang bertebaran di medsos baik berupa tulisan maupun meme, dan lain-lain.
Kegagalan di awal dan rentetan "hinaan" suporter, tidak menggalkan semangat Argentina untuk bangkit dari kekalahan. Berkat usaha dan kerja kerasnya, timnas Albicelestes ini kembali memperbaiki kekurangan dan melanjutkan pertandingan tanpa kekalahan hingga berhasil mengangkat trofi.
Argentina telah mengajarkan salah satu nilai hidup bahwa kegagalan dalam mengawali sebuah usaha, hendaknya tidak membuat kita cepat menyerah. Kegagalan justru harus membuat kita menyadari kekurangan, menciptakan strategi baru mengatasi kekalahan, dan terus berjuang menata diri.Â
Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Michael Jordan adalah contoh beberapa tokoh sukses yang sangat terkenal dengan penemuan-penemuan mereka yang manfaatnya bisa kita nikmati hingga saat ini.
Namun jika ditelusuri, ternyata pada awal usaha mereka, mereka pun tidak luput dari kegagalan.
Kedua: Sukses itu butuh proses, bukan protes
Pukulan telak 2-1 dari Arab Saudi di laga pembuka Piala Dunia, tidak membuat Argentina berpasrah. Justru tamparan ini membuat Messi, cs di bawah asuhan Lionel Scaloni semakin membakar semangat mereka untuk memperbaiki kekuarangan dan mematangkan strategi. Mereka seakan menutup telinga terhadap segala "cercaan". Tidak perlu diprotes, karena hal tersebut sudah menjadi lagu lama dalam dunia sepak bola. Tapi bagi timnas Argentina, hal yang lebih penting bagi mereka adalah berproses untuk misi ke depan.
Dari hal ini kita bisa belajar bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami dalam hidup ini, hendaknya membawa kita pada sebuah komitmen untuk terus belajar menjadi lebih baik lagi. Kita kurang bijaksana jika ketika berhadapan dengan suatu kegagalan, kita menjadi cepat putus asa, ingin menyerah, mengeluh, menyalahkan diri sendiri, bahkan mempersalahkan orang lain.