Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memandang Alam Sebagai Bagian dari Manusia Vs Memandang Manusia Sebagai Bagian dari Alam

4 Juni 2022   10:38 Diperbarui: 5 Juni 2022   16:51 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusrasi Hari Lingkungan Hidup Sedunia (Foto: Greeners.com)

Seperti biasanya, pada setiap tanggal 5 Juni, kita memperingari hari Lingkungan Hidup Sedunia. Peringatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran bersama akan pentingnya mencintai lingkungan hidup. Ulasan kali ini merupakan rangkuman dari liputan hasil wawancara penulis bersama seorang dosen filsafat lingkungan hidup, beberapa waktu lalu.

Bagaimana keadaan alam sekarang, aman-aman atau mengalami penyusutan?

Pertama-tama, kalau kita berbicara tentang keadaan alam, kita berbicara tentang dua hukum alam yang menjadi dasar kondisi jagat raya ini. Kedua hukum itu adalah orde dan disorde. Orde adalah keteraturan, dan setiap keteraturan terjadi sebagai proses atau puncak dari disorde. Sebagaimana dalam orde biologis, segala mahluk mengikuti hukum spesiesnya, dan dalam orde sosial, setiap manusia harus taat pada hukum komunitas politik, maka dalam orde fisik atau materi, segala sesuatu mengikuti hukum alam.

Hidup dan mati, generasi dan regenerasi, kekacauan dan keteraturan selalu terjadi silih berganti. Semuanya adalah peralihan dari orde menuju disorde atau sebaliknya. 

Kalau iklim dan kondisi alam baik, tidak terjadi gempa dan badai, kitapun merasa aman, tenang, seolah-olah segala sesuatu berjalan dalam keteraturan. Namun ketika sebagian permukaan bumi ini goyang, merobek dan menghancurkan wajah alam, menghanyutkan segala bentuk kehidupan, maka terjadilah semacam khaos, kekacauan tanpa bentuk.

Perlu diingat bahwa kejadian seperti ini adalah sebuah proses alam yang sedang bergerak dari disorde menuju orde. Kehancuran dan kematian, kehilangan dan pelenyapan adalah konsekuensi dari proses itu. Ini semua bisa dianggap sebagai suatu degradasi. Ada degradasi energi yang menyebabkan penyusutan segala bentuk kehidupan di muka bumi. Ada juga degradasi orde fisik yang menyata dalam katastrof alam seperti gempa bumi, angin dan letusan gunung api. Semuanya terjadi tanpa rencana.

Stephen W. Hawking, sang penemu "Teori Segala Sesuatu" itu pada akhirnya juga bersikap kontradiktif dengan dirinya sendiri. "Tidak terdapat teori tentang alam semesta. Kejadian-kejadian tidak dapat diprediksi di luar sebuah keberadaan tertentu". 

Keadaan alam ini berjalan sesuai dengan kondisi naturalnya. Bergerak dari orde menuju disorde dan kemudian lagi menuju orde dan seterusnya. Maka, seluruh peristiwa dan keadaan alam ini, entah itu suatu penyusutan atau pembentukan yang baru, semuanya terjadi dalam interaksi antara orde dan disorde. 

Interaksi ini tentu berjalan secara evolutif dan dalam rentang waktu yang panjang, tanpa suatu prediksi yang pasti. Manusia dan spesies lainya, termasuk unsur-unsur materi terdeterminir dan bahkan terkondisi oleh proses ini.

Bencana banjir (Foto: Kompas.com)
Bencana banjir (Foto: Kompas.com)

Apa yang menjadikan alam ini bisa rusak? 

Kerusakan alam dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, ada perubahan yang drastis sebagai bagian dari proses alam secara natural. Perubahan dari orde menuju disorde atau sebaliknya. Terhadap perubahan seperti ini, kita sebenarnya tidak dapat mengatakan hal ini sebagai suatu kerusakan. Lebih tepat kita namakan sebagai proses natural biasa. Gempa bumi, letusan gunung berapi dan angin badai adalah proses alam, meskipun akibatnya adalah kerusakan dan bahkan kematian. Usia bumi ini sudah uzur dan sebagian dari wajah bumi ini sudah lapuk dan sedang dalam proses kehancuran. Bagian yang lapuk akan runtuh, patah, pecah dan seterusnya akan dibentuk lagi secara baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun