Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Refleksi Mudik: Perjalanan ke Rumah

30 April 2022   07:11 Diperbarui: 3 September 2022   08:13 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Travel Tempo.co)

Rumah adalah tempat yang sangat penting dan berharga bagi manusia karena rumah merupakan tempat kita tinggal dan hidup. Rumah sebagai tempat kita berlindung dari hujan, badai dan terik mentari. Rumah juga adalah tempat kita beristirahat dari lelahnya menjalani aktivitas kita. Ke mana pun kaki ini melangkah, selalu ada kerinduan untuk kembali ke rumah karena rumah menjanjikan kehangatan cinta. Sebagai seorang yang merantau, mudik atau pulang kampung adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu.

Hari-hari ini kita bisa menyaksikan banyak orang yang begitu antusias pulang kampung atau mudik, alias pulang ke rumah tempat ia dilahirkan, tempat tinggal ayah dan ibu bersama keluarga besar. Dalam perjalanan menuju kampung atau rumah, tentu ada banyak pengalaman menarik. Mulai dari macet, merasa lelah, berdesak-desakan di angkutan umum, bertemu kenalan, hingga perasaan tercengang karena melihat adanya beberapa perubahan entah itu bangunan rumah, perkantoran atau jalan yang kita lewati ternyata sudah jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Rasa lelah dan lain sebagainya akan terbayar lunas ketika sudah tiba di rumah dan boleh bertemu dengan orang-orang yang sangat dirindukan dan dicintai.

Ilustrasi (Sumber: Travel Tempo.co)
Ilustrasi (Sumber: Travel Tempo.co)

Pengalaman ini, hendaknya juga mengingatkan kita tentang kerinduan setiap manusia yang pada nantinya akan kembali ke "Rumah Allah", sebagai rumah abadi. "Rumah Allah" menjadi tempat tujuan akhir dari hidup manusia. Dunia ini hanya sebuah tempat perantauan. Rumah duniawi hanya sebuah tempat perteduhan sementara. Pada akhirnya kita harus meninggalkan semuanya dan kembali ke rumah abadi. Sebagaimana dengan "rumah duniawi" yang adalah simbol tersedianya kelimpahan cinta, kesejahteraan, rasa aman dan damai dan selalu membuat rindu bagi mereka yang telah lama meninggalkan rumah, demikian pula "Rumah Allah" menjadi simbol kerinduan terdalam setiap manusia setelah menghabiskan masa perantauannya di dunia ini.

Tentunya, pulang ke "Rumah" yang satu ini, tidak ada jadwal khusus dari pihak manusia melainkan sudah ditentukan oleh Allah sendiri sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Dalam perjalanan ke sana, kita tidak perlu berdesak-desakan. Tidak ada kemacetan. Walaupun demikian, perjalanan menuju "Rumah Surgawi" cukup sulit karena harus melewati pintu yang sempit. Agar bisa sampai pada "Rumah Allah", kita harus melewati sebuah jalan yang tidak lain adalah "Jalan Cinta". Itulah arti lain dari pintu sempit menuju Rumah Surgawi, karena cinta kepada Allah dan mengasihi sesama sebagai gerbang menuju "Rumah Allah" itu, mudah untuk kita ucapkan tetapi sulit untuk kita jalani.

Kita hidup dalam zaman milenial, berhadapan dengan era Revolusi Industri 4.0. Kemajuan dalam bidang teknologi digital pada hakikatnya bertujuan baik, namun tidak sedikit yang terjerumus ke jalan yang sesat karena kurang bijaksana menghadapi perkembangan tersebut. Semangat cinta, peduli, toleransi, kerja sama, dapat merosot karena orang sibuk dengan dunianya sendiri. Manusia zaman ini cenderung mencari dan menemukan jalan sendiri, dan semakin jauh dari Jalan Tuhan. Ia seakan lupa bahwa hidup ini sebenarnya hanya sementara karena dunia ini akan berlalu, sedangkan rumah abadi kita ada di surga.

Ilustrasi pulang ke Rumah Allah (Sumber: Kompas.com)
Ilustrasi pulang ke Rumah Allah (Sumber: Kompas.com)

Setiap hari adalah sebuah perziarahan menuju "Rumah Allah". Kita diajak untuk mengayunkan langkah-langkah kaki melewati jalan yang benar sehingga bisa sampai ke rumah-Nya. Jika langkah hidup kita setiap hari tidak sesuai dengan ajaran kasih dan kebenaran-Nya, maka sebenarnya kita sendiri hendak melangkah menuju rumah yang lain. Di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi. Sebaliknya, jejak hidup kita yang baik di dunia ini, memiliki jaminan bahwa kelak kita akan menghuni "Rumah Abadi" dalam istana surgawi. Di sana akan terdapat sukacita kekal yang tiada berkesudahan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun