Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sukses Itu Butuh Proses, Bukan Protes

24 April 2022   17:52 Diperbarui: 3 September 2022   07:54 4510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada manusia yang luput dari kegagalan, meskipun setiap pribadi memiliki pengalaman yang berbeda-beda tentang kegagalan tersebut. Apabila seseorang pernah mengalami kegagalan, itu tandanya bahwa ia pernah berusaha melakukan sesuatu. Lantas, apakah tidak perlu mencoba melakukan sesuatu dan terus bertahan dalam zona nyaman kita, supaya tidak mengalami kegagalan? 

Orang yang ingin sukses dalam hidupnya adalah orang yang berani mencoba, melawan rasa takut dan khawatir. Jika rasa takut gagal selalu menghantui kita, maka kita hanya akan bisa berdiam diri, bertahan dalam zona nyaman kita, tanpa melakukan sesuatu. Bukankah itu berarti bahwa kita telah mengunci pintu menuju kesuksesan?

Kita semua pasti setuju jika dikatakan bahwa keberhasilan tidak akan tercapai tanpa ada sebuah usaha. Hidup adalah sebuah perjuangan (vita est militia). Kita harus berani mencoba walau akhirnya kita gagal dan segala harapan atau impian yang kita bangun tidak sesuai dengan kenyataan. Apakah dengan gagal berarti jalan menuju kesuksesan sudah terkunci bagi kita?  Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Michael Jordan adalah contoh beberapa orang sukses yang sangat terkenal. Apakah tokoh-tokoh hebat ini, dalam usaha mereka hingga menjadi orang sukses, luput dari kegagalan? Tidak.

Kita mengambil salah satu contoh dari antara mereka; Thomas Alva Edison. Dengan penemuannya pada 22 Oktober 1879, kini kita boleh menikmati malam yang terang karena disinari lampu. Ketika ditanya apakah begitu saja ia langsung sukses menjadi penemu lampu pijar? Ataukah ia pernah gagal sebelum penemuannya diakui dunia? Kalaupun ia pernah gagal, berapa kali Thomas Alva Edison gagal hingga pada akhirnya ia berhasil menemukan bola lampu pijar?

Kita dapat menemukan bermacam-macam jawaban, berapa kali Thomas Alva Edison gagal. Ada yang mengatakan 999 kali ia gagal dan baru berhasil pada kali yang ke-1000.  Ada yang mengatakan kali yang ke-9.000, ke-10.000, dan deretan angka lainnya. Namun ada juga yang mengaku mengutip dari kata-kata dari Thomas Alva Edison sendiri: "I have not failed 10,000 times. I have not failed once. I have succeeded in proving that those 10,000 ways will not work. When I have eliminated the ways that will not work, I will find the way that will work". 

Kira-kira kalau diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia, demikian: "Saya bukan gagal 10.000 kali. Saya tidak gagal satu kali pun. Saya berhasil membuktikan bahwa ada 10.000 cara yang keliru. Ketika saya telah mengetahui cara-cara yang keliru, akhirnya saya akan menemukan sebuah cara yang benar." 

Dengan kata-kata ini, mungkin saja Thomas tidak mau berbicara secara harafiah, tentang kuantitas berapa kali ia melakukan kegagalan. Entah berapa kali persisinya ia gagal, itu tidak pasti. Tetapi satu hal yang pasti bahwa ketika ia gagal, ia mau berusaha terus-menerus hingga akhirnya berhasil dengan baik.

Dari sini kita bisa belajar bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami dalam hidup ini, justru harus membawa kita pada sebuah komitmen untuk belajar menjadi lebih baik lagi. Kesalahan yang seringkali kita lakukan ketika berhadapan dengan kegagalan adalah rasa putus asa, ingin menyerah, mengeluh, menyalahkan diri sendiri, bahkan mempersalahkan orang lain. 

Sampai kapan pun semuanya itu tidak akan menyelesaikan persoalan yang kita alami. Ingatlah bahwa kesuksesan itu butuh proses, bukan protes. Jika kita merasa sedih, kecewa, atau putus asa, ketika mengalami kegagalan, itu adalah hal yang biasa. Tetapi yang membuat kita luar biasa adalah ketika kita berani membangun niat yang baru, bangkit dan terus berusaha memperbaiki kegagalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun