Pusat Liturgi Jumat Agung adalah upacara penyembahan salib. Oleh karena itu hari tersebut kita dihadapkan pada ciri khas jalan hidup Kristiani yaitu "Salib".Â
Salib adalah lambang dan tanda sangat mendasar untuk hidup kemuridan kita dan hidup kekristenan kita. Salib menjadi simbol iman yang meresap di dalam lubuk hati kita.Â
Sejak kecil sampai akhir hidup, kita selalu menandai diri dengan salib. Simbol salib adalah puncak pengutusan Yesus Kristus ketengah-tengah dunia dan ketengah-tengah hidup manusia.
Kisah Sengsara Yesus Kristus yang dibacakan atau dinyanyikan pada Jumat Agung, merupakan satu kisah kesengsaraan "Salib". Jalan salib Yesus adalah jalan kebenaran menuju kemenangan atau maut.Â
Peristiwa historis jalan salib Kristus 2000 tahun silam, dari tengah-tengah tembok Yerusalem menuju bukit tengkorak atau bukit Golgota, telah memancing "pro" dan "Kontra" pada arti salib itu, khusus pada zaman modern ini. Bagaimana manausia zaman ini melihat salib dan penderitaan: arti salib menurut Allah dan arti salib menurut manusia.Â
Arti salib menurut Allah kerap tidak mudah diterima manusia modern, karena dunia berbicara lain: terdapat banyak penderitaan dan penindasan, kesengsaraan yang kerap diakibatkan oleh logika yang tidak jalan.Â
Namun salib menurut Allah bukan merupakan tanda kekalahan tetapi tanda kemenangan, tanpa harapan, tanda kekuatan, tanda optimis dalam hidup.Â
Di dalam tanda salib, Yesus diimani dan diwartakan sebagai raja kebenaran yang mendatangi kuasa kegelapan untuk dikalahkan dan dengan demikian menyelamatkan manusia.
Dengan ini Salib diimani sebagai tanda kemenangan atas kejahatan dan dosa manusia. Tetapi kemenangan di dalam salib bukan kemenangan di dalam kemewahan dan kebesaran melainkan memenangan dalam kelemahan dan tidakberdayaan.Â
Karena itu kita tidak dapat memahami kemenangan Kristus di luar jalur jalan salib. Karena salib yang harus Yesus pikul sebagai satu akibat logis atas gelarnya sebagai "Putera Allah".Â