[caption id="attachment_417723" align="aligncenter" width="630" caption="Raja Menjelaskan Sabdanya (Foto:Tribun)"][/caption]
Ketika Sultan Yogyakarta Hamengkubawono Xmengeluarkan sabda yang mengubah beberapa poin, di antaranya menghilangkah gelar kalifatullah dan mengubah nama Hamengkubuwono menjadi Hamengkubawono, muncul berbagai kritikan.
Pun beberapa hari setelahnya, Sultan mengeluarkan perintah yang mengganti gelar anak pertamanya, GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi, yang selama ini diperuntukkan ke putera mahkota, sehingga ke depan, bisa saja Kraton dipimpin oleh seorang perempuan, muncul lagi kritikan lebih tajam.
Permasalahanmendasarnya, jika kita membicarakan Kraton sekarang ini akan dimulai sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Bukan melihat Kraton sebelumnya, di mana seorang Raja Yogyakarta memiliki kekuasaan sebagaimana raja-raja lainnya di daerah nusantara. Juga memiliki banyak isteri dan selir.
Ada baiknya kita mulai dari Sri Sultan Hamengkubawono I untuk melihat sejauh mana perbandingannya dengan Sultan Hamengkubawano X sekarang ini. Sri Sultan Hamengkubawono Imemiliki 23 isteri. Empat isteri berstatus garwo dalem padmi (isteri utama) dan 19 isteri berstatus garwo ampeyan. Sri Sultan Hamengkubawono II, memiliki 28 isteri dan anaknya berjumlah 80 orang. Empat isteri berstatus garwo dalem padmi dan 24 istri berstatus garwo garwo ampeyan.
[caption id="attachment_417724" align="aligncenter" width="183" caption="Ratu Hemas dan puterinya GKR Pembayun (Foto:okezone) "]
Selanjutnya Sri Sultan Hamengkubawono III memiliki 24 isteri dan anaknya berjumlah 32 orang. Tiga isteri berstatusgarwo dalem padmi dan 21 isteri berstatus garwo-garwo ampeyan. Sri Sultan Hamengkubawono IV memiliki 9 isteri dan anaknya berjumlah 18 orang. Satu isteri bersatus garwo dalem padmi dan 8 isteri berstatus garwo-garwo ampeyan. Sri Sultan Hamengkubawono V, memiliki 6 isteri dan anaknyaberjumlah 9 orang. Dua isteri berstatus garwo dalem padmi dan 4 isteri berstatus garwo garwo ampeyan.
[caption id="attachment_417725" align="aligncenter" width="320" caption="GKR Pembayun dalam berbagai pose (Foto:Agustinus James)"]
Berikut, Sri Sultan Hamengkubawono VI, memiliki 11 isteri dan anaknya berjumlah 23 orang. Dua isteri berstatus garwo dalem padmi dan 9 isteri berstatus garwo garwo ampeyan. Sri Sultan HamengkubawonoVII, memiliki 29 isteri dan anaknya berjumlah 78 orang. Tiga isteri berstatus garwo dalem (ketiganya dikebonkan alias tak dipakai atau dipisah ranjang dan 26 isteri berstatus garwo-garwo ampeyan. Sri Sultan Hamengkubawono VIII memiliki 9 isteri dan anaknya berjumlah 41 orang. Satu isteri berstatus garwo dalem padmi dan 8 isteri berstatus garwo-garwo ampeyan. Sri Sultan Hamengkubawono IX, memiliki 5 isteri, semuanya berstatusgarwo dalem. Anaknya berjumlah 22 orang.
Memang jika ada yang mengatakan Raja Yogyakarta, banyak memiliki isteri dan tidak sesuai dengan Al-Qu’an di manaKraton bernuansa Islam, itu kita akui. Namun demikian perubahan itu tetap berjalan hingga kepada Sri Sultan Hamengkubawono IX (peralihan) yang dengan cepat mendukung kemerdekaan Indonesia. Ada tiga kali pernyataan dukunganSri Sultan Hamengkubawono IX:
1.Setelah pembacaan ProklamasiKemerdekaan pada 17 Agustus 1945,keesokan harinya, tanggal 18 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubawono IX mengirim kawat kepada kedua tokohProklamator, Soekarno-Hatta. Juga dikirim kawat kepadadr.KRT.RadjimanWediodiningrat,Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.Telegram itu berisi ucapan selamat atas berdirinyaNegara Republik Indonesia.
2.Kemudian pada tanggal 1945, Sultan Hamengkubawono IX dan Paku Alam VIII mengirim telegram kepada Presiden dan Wakil Presiden RI , yang berisi pernyataan kesanggupan untuk berdiri di belakang pimpinan Republik Indonesia dan mengatakan daerah Kesultanan dan Pakualaman sebagai bagian dari Republik Indonesia.
3.Sehari sebelum Piagam Penetapan diterima, yaitu padatanggal 5 September 1945 Sultan Hamengkubawano IXtelah mengeluarkanAmanat atas persetujuan Komite Nasional Indonesia Daerah.
Oleh karena itu, kesetiaan Kesultanan Yogyakartadan Paku Alaman tidak diragukan lagi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu Hamengkubawono IX telah merubah tradisi Kesultanan dan Paku Alaman selama ini. Posisi Sutan Hamengkubawono IX, selain sebagai Raja, ia adalah Gubernur DI Yogyakarta dan pernah menjadi Wakil Presiden RI.