Setiap tahun jelang 10 November, Pemerintah Indonesia menetapkan salah seorang putra bangsa terbaik sebagai Pahlawan Nasional. Tahun 2019 ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia menetapkan Rohana Kudus atau Ruhana Kuddus, atau ejaan aslinya Roehana Koeddoes. Ia adalah jurnalis perempuan pertama asal Sumatera Barat, sebagai Pahlawan Nasional tahun 2019.
Hal ini ditetapkan berdasarkan pertemuan Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Joko Widodo pada 6 November 2019 lalu. Ada pula Surat Menteri Sosial Rl nomor :23/MS/A/09/2019 tanggal 9 September 2019 perihal usulan calon Pahlawan Nasional tahun 2019.
"Usulan itu mendapatkan persetujuan untuk dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2019, atas nama Almarhumah Ruhana Kuddus," kata Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Pepen Nazaruddin melalui keterangan tertulis, Kamis 7 November 2019.
Di awal kemerdekaan memang banyak sekali suku Minangkabau yang berperan di berbagai bidang. Misalnya Mohammad Hatta yang sering dipanggil Bung Hatta dikenal sebagai proklamator. Juga Sjahrir yang pernah menjadi perdana menteri.
Selain itu, di bidang Sastera dikenal Marah Rusli (Roesli) dan buku karangannya, "Siti Nurbaya."
Adalah sebuah kebanggaan, sekaligus sebuah kehormatan. Bukan saja menjadi kebanggaan masyarakat Minangkabau, tetapi juga bagi kita bangsa Indonesia. Kebanggan yang akan mengingatkan kita sebagai kebangkitan masyarakat Minangkabau di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejumlah nama selain Marah Rusli (Roesli), ada pula nama-nama seperti Abdul Muis, Idrus, Hamka, dan A.A Navis berkarya melalui penulisan novel. Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai penulis novel Indonesia yang paling produktif serta beberapa penulis asal Minang lainnya. Chairil Anwar dan Taufiq Ismail berkarya lewat penulisan puisi. Sutan Taqdir Alisjahbana, novelis sekaligus ahli tata bahasa, melakukan modernisasi bahasa Indonesia hingga bisa menjadi bahasa persatuan nasional.
Novel-novel karya sastrawan Minang seperti "Siti Nurbaya," Salah Asuhan," Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, " Layar Terkembang," dan "Robohnya Surau Kami" telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.
Di bidang jurnalis yang ikut pula melakukan pengembangan bahasa, antara lain Djamaluddin Adinegoro, Rosihan Anwar, dan Ani Idrus. Di samping itu, Abdul Rivai yang dijuluki Perintis Pers Indonesia.
Tuanku Abdul Rahman, salah seorang Tokoh Minang yang berpengaruh di Malaysia. Selain itu, di bidang politik, tokoh asal Minang banyak yang menjadi motor perjuangan. Selain Bung Hatta dan Sjahrir, sebut saja, Tan Malaka yang terpilih menjadi wakil komunis Se-Asia Tenggara. Muhammad Yamin, pelopor Sumpah Pemuda, Agus Salim, Jahja Datoek Kajo dan Abdoel Moeis, politisi yang paling vokal di dewan voksraad bentukan Belanda.