Memang tidak mudah mengelola negara ini. Segala sesuatu harus dikaji dengan hati-hati. Kesalahan mengambil sebuah keputusan, bukan saja berdampak negatif buat diri kita, tetapi juga terhadap generasi mendatang.
Itulah sebenarnya pemikiran para pendiri negara ini, sehingga buat negara yang sudah berdiri selama 74 tahun, tidak akan mungkin muncul kalimat penyesalan dan penderitaan untuk generasi penerus di belakang hari.
Rencana pemindahan ibu kota RI ke Pulau Kalimantan juga perlu didiskusikan sebaik mungkin. Saya baca di Kompas.com, bahwa INDEF sudah melakukan sebuah diskusi, dimana menghadirkan Prof. Dr. Emil Salim.
Emil Salim sekarang sudah berusia 89 tahun, lahir di Lahat, Sumatra Selatan, 8 Juni 1930. Ia adalah seorang ahli ekonomi, cendekiawan, pengajar, dan politisi Indonesia.
Emil juga merupakan salah seorang di antara sedikit tokoh Indonesia yang berperan internasional. Ia adalah tokoh lingkungan hidup internasional yang pernah menerima The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF), suatu lembaga konservasi mandiri terbesar dan sangat berpengalaman di dunia.
Pada tahun 2006, Emil Salim menerima anugerah Blue Planet Prize. Pada tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation. Sebelumnya, pada tahun 1994, setelah menyelesaikan jabatan sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kependudukan, Emil beserta koleganya seperti Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim mendirikan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Yayasan KEHATI), sebuah organisasi non-pemerintah (bahasa Inggris: Non-Government Organisation) yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan.
Sedangkan INDEF, tempat ia mengemukakan pandangannya, adalah Institute for Development of Economics and Finance/INDEF, sebuah lembaga riset independen dan otonom yang berdiri pada Agustus 1995 di Jakarta.
Aktivitas INDEF di antaranya melakukan riset dan kajian kebijakan publik, utamanya dalam bidang ekonomi dan keuangan.
Kajian INDEF diharapkan menciptakan debat kebijakan, meningkatkan partisipasi dan kepekaan publik pada proses pembuatan kebijakan publik. INDEF turut berkontribusi mencari solusi terbaik dari permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia.
Emil ketika Diskusi Publik pada hari Jumat, 23 Agustus 2019 itu mengatakan, usalan Bappenas yang menjadi langkah pengambilan kebijakan Presiden RI Joko Widodo, keliru.
"Di sini kita ingin bilang kepada teman-teman kita di Bappenas, keliru cara berpikirnya itu. Yang kasihan, ya presiden, yang memikul dampaknya. Kenapa Bappenas tega berbuat seperti itu? Saya sedih sekali mendengarnya," kata Emil Salim.