Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Zavad Zarif menuduh almarhum Presiden Irak, Saddam Hussein telah membunuh rakyat Iran secara mengerikan dengan memakai senjata kimia pada tanggal 28 Juni sewaktu terjadi Perang Iran-Irak selama delapan tahun. Itu sebabnya setiap tanggal 28 Juni selalu diperingati ujar Zavad Zarif melalui "twitter" nya pada hari ini, Rabu, 3 Juli 2019.
Memang Zavad Zarif tidak menyebutkan tahunnya, tetapi menegaskan bahwa itu terjadi di kota Sardash, Iran. Banyak warga sipil menjadi korban.
Dalam hal ini, selain mengecam almarhum Saddam Hussein, Zavad Zarif juga mengecam dunia Barat. Pertanyaan yang diajukannya, mengapa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) waktu itu tidak bereaksi?
Perang Iran-Irak ini bermula ketika pasukan Irak menerobos perbatasan Iran pada 22 September 1980 akibat masalah perbatasan yang berlarut-larut antara kedua negara dan juga kekhawatiran Saddam Hussein atas perlawanan Syiah yang dibawa oleh Imam Khomeini dalam Revolusi Iran. Walaupun Irak tidak mengeluarkan pernyataan perang, tentaranya gagal dalam misi mereka di Iran dan akhirnya serangan mereka dapat dipukul mundur Iran.
Walaupun PBB meminta adanya gencatan senjata, pertempuran tetap berlanjut sampai tanggal 20 Agustus 1988; Pertukaran tawanan terakhir antara kedua negara ini terjadi pada tahun 2003. Perang ini telah mengubah wilayah dan situasi politik global.
Di pihak lain, Saddam Hussein juga dianggap oleh Suku Kurdi melakukan pembantaian massal. Baru-baru ini, Presiden Irak Barham Salih mengatakan tidak boleh melupakan kejahatan Saddam Hussein atau membiarkan partainya kembali berkuasa, ujar Barham Salih, setelah beberapa waktu yang lalu menghadiri penggalian kuburan massal orang-orang etnis Kurdi yang dibunuh pasukan Saddam pada tiga dasawarsa lalu.
Makam tersebut ditemukan di padang pasir sekitar 179 km arah barat Kota Samawa. Dalam makam terseubht terdapat sisa jenazah puluhan warga Kurdi yang "dihilangkan" oleh pasukan Sadam, kata kantor Salih, seperti dikutip oleh Reuters.
Mereka adalah sebagian dari 180.000 orang yang mungkin telah terbunuh dalam kampanye "Anfal" yang dilancarkan Saddam dan menarget warga etnis Kurdi Irak pada akhir 1980an ketika senjata kimia digunakan. Pada saat itu, desa-desa dibumihanguskan dan ribuan orang Kurdi dibunuh.
Saddam Hussein pada hari Sabtu, 30 Desember 2006 menghembuskan nafas terakhir di tiang gantungan menjelang pukul 06.00 pagi waktu setempat.
Pertanyaan yang hingga sekarang belum terjawab, dari mana Presiden Irak Saddam Hussein mendapatkan senjata kimia atau pemusnah massal ?
AS adalah negara yang sangat mengetahui benar masalah itu, karena sebelumnya bersahabat baik dengan Irak dan membantu persenjataan dalam perang delapan tahun melawan Iran. Itu sebabnya pula mengapa Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif ikut menuduh AS berperan dalam pembunuhan warga Iran dengan senjata kimia.