Rabu, 5 Februari 2018, para Alumni HMI (Alumni Himpunan Mahasiswa Islam)dan HMI di seluruh Indonesia akan menyelenggarakan Milad HMI ke-72. Bersyukur HMI mampu bertahan dan akan tetap bertahan bersama dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yakin Usaha Sampai.
Kenapa saya mengatakan "mampu" bertahan, itu karena HMI pernah akan dibubarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Meski waktu itu Presiden Soekarno tidak ingin membubarkan HMI, tetapi PKI terus meminta Bung Karno agar HMI dibubarkan.
Seandainya konsep PKI, di mana anggota-anggotanya berhasil mengelilingi Bung Karno, yaitu berhasil pula membentuk Poros Jakarta (Indonesia)-Phnom Penh (Kamboja)- Hanoi (Vietnam)-Peking (Beijing/RRC)-Pyongyang (Korea Utara), maka Indonesia berkemungkinan terseret ke negara berpaham komunis.
Berkemungkinan, karena selanjutnya setelah Presiden Soeharto membubarkan PKI, sehari setelah Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966), konsep poros itu pun lenyap dengan sendirinya.
Saya mengenal HMI, ketika bergabung di dalam organisadi itu sebagai Sekretaris I HMI Cabang Jayapura, 1977-1978). Waktu itu saya kuliah di Universitas Cenderawasih.
Kemudian saya menjadi Ketua Umum Lembaga Hukum Mahasiswa Islam HMI Cabang Jayapura, 1978-1979 dan 1979-1980). Ketika pindah ke Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, saya menjadi Ketua Umum LHMI-HMI Cabang Padang, 1980-1981.
Setelah saya di Jakarta, saya meneruskan kuliah sore hari di ekstensi FHUI, karena paginya sudah bekerja sebagai journalis di kelompok harian "Merdeka" pimpinan Burhanudin Mohammad Diah (B.M.Diah), yaitu sebagai Reaktur Pelaksana Majalah "TOPIK."
Itu pun melalui Alumni HMI, yaitu Ketua Umum PB HMI Ahmad Zacky Siradj (periode 1981-1983) dan pengamat politik, aktivis HMI, Fachry Ali. Melalui Bang Zacky juga saya bersama Toto Izul Fatah, menulis buku "Kenangan 70 Tahun Achmad Tirto Sudiro" (Jakarta: PT.Intermasa, 1992). Ia adalah salah seorang pendiri HMI.
Kuliah di FHUI, juga bertemu dengan Alumni HMI. Dekan FHUI waktu itu adalah Prof. Abdul Bari Azed,SH,MH. Kami menulis buku "Golkar sebagai Partai Alternatif" (Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negar UI, 2003). Saya sebagai penyunting, Prof Abdul Bari Azed menulis kata pengantarnya, sedangkan Ketua Pusat Studi Hukum UI, adalah aktivis HMI Prof Dr Jimly Associate, SH. Ia juga menjadi Ketua Tim Penguji Skripsi saya di Strata 1 FHUI. Buku yang saya sunting ini menjadi bahan rujukan Bang Akbar Tandjung (Ketua Umum PB HMI, 1971-1974) di dalam Disertasi meraih S3 di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta). Disertasi beliau ini sudah menjadi buku berjudul: "The Golkar Way, Gramedia Pustaka Utama, 2007).
Ketika saya membedah buku yang saya tulis: "Jenderal TNI (Anumerta) Basoeki Rachmat dan Supersemar" (Jakarta: Diterbitkan Dua Kali oleh Penerbit Gradondo, tahun 1998 dan 2008) di Moot Court, FHUI, hari Jumat, 9 Oktober 1998, Prof Dr Jimly sebagai pembicara, di samping Abdul Kadir Besar (Mantan Sekum MPRS 1966) dan Maria Farida Indrati Suprapto (Akademisi).
Memang gerak langkah saya selalu berkaitan dengan Alumni HMI. Di bidang jurnalis, saya bertemu dengan Bang Ridwan Saidi (Ketua Umum PB HMI, 1974-1976) dan Ismail Hassan Metareum (Ketua Umum PB HMI 1957-1960).