Newsweek baru saja mengulas bahwa ada sekitar 10 negara yang masih rawan dikunjungi oleh warga negara Amerika Serikat (AS). Di antaranya adalah Irak, di mana negara ini pernah saya kunjungi dua kali, pertama pada bulan Desember 1992 dan kedua, pada bulan September 2014.
Departemen Luar Negeri AS mengkategorikan Irak di level ke empat untuk sebuah negara yang dikunjungi oleh warga AS. Teroris di Irak masih menjadik kecemasan warga Irak. Baru saja kita dengar di wilayah kelahiran mantan Presiden Irak Saddam Hussein, Tikrit, sebuah bom mobil meledak dan menewaskan dua orang. "ISIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) masih mengancam penduduk Irak," ujar bunyi pernyataan tersebut. Pernyataan ini sekaligus bertolak belakang dengan pernyataan pemerintah Irak sendiri bahwa ISIS sudah dihancurkan di Irak.
Peringatan juga disampaikan kepada warga negara AS untuk tidak berkunjung ke Suriah. Bahkan diperingati bahwa warga negara AS yang sudah berada di wilayah itu berhati-hati. Apalagi pasukan AS sudah menyatakan niatnya mundur dari Suriah. Pada 15 Desember 2018 terjadi ledakan bom di Provinsi Deir Ezzor, dekat Hajin, sebelah timur Suriah. Ini salah satu contoh. Sebelumnya memang wilayah Suriah menjadi arena konflik. Di satu pihak, pasukan pemrintah Bashar al-Assad yang didukung Rusia dan Iran melawan pasukan pemberontak Suriah yang didukung AS dan Arab Saudi.
Larangan ini ditujukan ke negara level empat, agar warga AS jangan bepergian. juga ke level 1 yang dianggap aman. Jika larangan ke China lebih dikaitkan perang dagang antara AS dan China.
Negara Afghanistan juga dianggap berbahaya untuk dikunjungi. Jugalstangannya di level 4, jangan dikunjungi. Di wilayah ini ledakan bom sering terjadi, meski pasukan AS ingin menarik mundur pasukan.
Selanjutnya Republik Afrika Tengah, juga masuk level empat, wilayah berbahaya. Sering terjadi pembunuhan, penculikan, bom mobil dan lain-lain. Di samping itu tercatat Libya, Mali, Somalia, Chad dan Sudan Selatan.
Korea Utara (Korut), juga masuk larangan level empat. AS nampaknya tidak ingin rakyatnya menanggung resiko, meski ada beberapa upaya perundingan AS dan Korea Utara. Baru-baru ini pemimpin Korea Utara Kim Jong-un baru saja berkunjung ke Beijing, RRC untuk ke empat kali. Hubungan akrab Korut-RRC terus terjalin, meski hubungan Korut-AS terus berjalan, tetapi ditanggapi sangat hati-hati oleh AS.
Yeman juga masuk level empat. Situasi di negara tersebut masih labil, walau Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah ikut menanganinya. Yaman sejak terjadi konflik mulai bulan Maret 2015 antara pasukan Arab Saudi pendukung pemerintahan presiden terguling Yaman melawan gerilyawan Houthi yang didukung Iran.
Sementara Chad, Republik Demokratik Kongo, Mauritania, Nikaragua, Niger masuk level tiga. Bisa dikunjungi tetapi banyak peringatan hati- hatinya.
AS sebuah negara yang boleh dikatakan peduli terhadap warga negaranya. Tetapi, perlu diingat negara ini dikecam karena tidak adilnya mengenai masalah Palestina. Pemerintahan Donald Trump sekarang ini lebih condong mendukung gagasan Israel. Israel telah merdeka, tetapi Palestina? Bahkan AS telah menetapkan Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H