Hari ini, Senin, 7 Januari 2019, kembali saya bertemu Letnan Jenderal (Letjen) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Purnawirawan (Purn) Rais Abin di kantornya Legiun Veteran RI (LVRI) di kawasan Semanggi, Jakarta. Foto di atas, sempat saya abadikan di usianya jelang 93 tahun.
"Saya ingin mundur," katanya berulangkali. Saya ingin ada regenerasi di tubuh LVRI, sebuah organisasi para Veteran yang lahir pada 2 Januari 1957.
Sebelumnya, Selasa, 6 November 2018, saya juga berkunjung ke Dewan Pimpinan Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia (DPP LVRI) itu. Pembicaraan Rais Abin waktu itu sudah menyinggung tentang peralihan generasi ini.
Memang sebelum Kongres Nasional LVRI XI yang dilaksanakan tanggal 17-19 Oktober 2017 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rais Abin sudah berniat mengundurkan diri, karena ia pernah mengemukakan hal itu. Tetapi kenapa, di Kongres XI tersebut kembali mau menjadi ketua umum?
Saya baru memahami, kenapa Rais Abin menerima jabatan Ketua Umum LVRI waktu Kongres XI tersebut, karena baru pertama kali diungkapkan alasannya kepada saya. "Bagaimana mungkin saya menolak kepercayaan anggota kongres, karena Anda mungkin tahu, bahwa dua calon terbaik saya yang ingin menggantikan posisi saya, dua-duanya meninggal dunia?," ujar Rais Abin kepada saya.
Rais Abin sejauh ini menganggap Mayor Jenderal TNI (Purn) Sukotjo Tjokroatmodjo dan Letnan Jenderal TNI (Purn) Arie Sudewo adalah orang pilihannya yang akan menggantikan dirinya. "Tetapi Anda tahu kan, keduanya meninggal dunia?," tanyanya. Memang benar, Sukotjo Tjokroatmodjo, angkatan '45, yang lahir pada 18 Desember 1927, meninggal dunia pada 16 Maret 2017. Sedangkan Arie Sudewo meninggal dunia 11 Juli 2017 jelang Kongres XI.
Oleh karena itu, menurut Rais Abin, ia tidak mempunyai pilihan lain selain mau menerima jabatan sebagai Ketua Umum, LVRI Periode 2017-2022. Namun demikian, tegas Rais Abin, ia akan mundur tahun 2019? Kenapa bisa, bukankah Kongres baru saja berlangsung tahun 2017. Sepertinya Rais Abin berkeinginan sekali menepati janji untuk menyerahkan jabatannya dari generasi yang diwakilinya, Veteran '45 (Veteran Pejuang) ke Veteran Pembela. Kalau demikian, siapa yang dicalonkannya?
Rais Abin menyatakan, bahwa penggantinya adalah Letnan Jenderal TNI (Purn) Syaiful Sulun yang sekarang menjadi Wakil Ketua Umum LVRI. Daerah kelahirannya sama dengan Rais Abin, yaitu Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Syaiful Sulun pernah menjadi Panglima Daerah Militer Brawijaya (1985-1987). Kasospol ABRI dan Wakil Ketua MPR-RI. Ketika ia pensiun menjadi Ketua Forum Komunikasi Purnawirawan TNI/Polri.
Menarik untuk disimak, ialah ketika di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, dan ketika mengeluarkan Dekrit, waktu itu, Syaiful Sulun bertemu dengan Wakil Presiden Megawati untuk tidak bertanggung-jawab dengan dekrit itu. Itulah salah satu keberaniaan Syaiful Sulun.
Syaiful Sulun di berbagai ceramah, juga sangat konsisten terhadap kaji ulang perubahan UUD 1945. Ia termasuk anggota Forum Bersama Kaji Ulang Perubahan UUD 1945. Hal ini senafas dengan hasil eksternal LVRI 2017, bahwa LVRI menilai sistem demokrasi pasca perubahan UUD 1945 di Indonesia terasa sangat liberal. Walaupun ada hal-hal positif, tetapi sistem tersebut belum berjalan dengan baik, karena belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai yang diamanatkan Pembukaan UUD 1945.
LVRI dalam hal ini menegaskan pula tidak semata-mata berkeinginan mengembalikan UUD 1945 itu seperti aslinya, akan tetapi dipandang perlu untuk melakukan kajian yang menyeluruh, mendalam dan berjangka panjang untuk memperbaiki yang kurang tepat dan melanjutkan hal-hal yang sudah berjalan baik.