Nadia Murad, atau lengkapnya Nadia Murad Basee Taha, Jumat, 5 Oktober 2018, merupakan salah seorang perempuan Irak yang sangat berbahagia. Mengapa tidak? Namanya diumumkan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian 2018 di ibukota Norwegia, Oslo.
Jika kita membaca twitter Nadia Murad tanggal 15 Maret 2017, ia sudah minta didoakan agar menang. " Iraq Government nominated me for the Nobel Peace Prize. Thank you all for the support !." Ternyata harapannya itu dikabulkan Tuhan, dan ia bersama seorang dokter Denis Mukwege menerima Hadiah Nobel Perdamaian Dunia 2018. Berarti sukses bertarung di dalam 331 calon dari individu dan organisasi dunia.
Nadia Murad yang berusia 25 tahun itu, lahir tahun 1993 dinilai berhasil mengupayakan untuk mengakhiri kekerasan seksual dalam situasi perang dan konflik bersenjata di Irak. Setelah ia diculik dan diperkosa oleh kelompok Daesh (Negara Islam) pada bulan Agustus 2014 di Irak, ia menjadi aktifis hak azasi manusia Yazidi. Ia juga ingin membela 1.300 perempuan yang bernasib sama dengan dirinya, di mana anggota keluarganya hilang.
Sejak September 2016, Nadia Murad menjadi "Goodwill Ambassador" pertama untuk Martabat Korban Perdagangan Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sejak tahun itu, ia aktif berorganisasi demi memperjuangkan pembelaan terhadap perempuan Irak yang diculik dan diperkosa oleh serdadu Negara Islam di Irak.
Irak setelah pemerintahan Presiden Irak Saddam Hussein tumbang, seluruh wilayah itu dikuasai Amerika Serikat (AS), karena AS Negara Irak hancur lebur. Penduduk Irak marah kepada AS, kemudian al-Qaeda dari Afghanistan yang dipimpin Abu Mush'ab al-Zarqawi masuk Irak dan membentuk Tauhid wal-Jihad. Selanjutnya mereka bergabung dengan Dewan Syuro Muhahidin Irak yang terdiri dari 8 kelompok milisi bersenjata.
Tahun 2006, tepatnya tanggal 15 Oktober 2006, resmi dideklarasikan berdirinya The Islamic State of Iraq " (ISI) yang kemudian menjadi payung organisasi yang ada di Irak. Awalnya niat kelompok ini baik, yaitu mengusir pendudukan AS di Irak. Tetapi di dalam perjalanan sejarah selanjutnya, kelompok ini berganti dengan kelompok liar. Sering menculik, membunuh dan memperkosa perempuan Irak, di mana penculikan dan penerkosaan ini pernah dialami Nadia Murad.
Saya mendengar langsung kekejaman kelompok Negara Islam di Irak ini, karena pada bulan September 2014, saya berkunjung ke Irak untuk keduakalinya. Kali kedua ini, saya menyaksikan Irak hancur lebur. Tumpukan puing akibat perang antara pasukan Irak dan kelompok Negara Islam di Irak masih terlihat di pinggir jalan yang saya lalui.
Sekarang Irak meski telah mendeklarsikan kehancuran Negara Islam di Irak, tetapi luka lama itu terbayang kembali dengan melihat Nadia Murad. Ia adalah salah seorang korban gerilyawan Negara Islam di Irak tersebut. Tetapi terus berdiri mengobarkan semangat perjuangan melawan kekerasan seksual di Irak dan dunia. Sangatlah wajar, karena pemerintah Irak yang mencalonkan Nadia Murad, maka Presiden Irak yang baru terpilih, Barham Salih ikut mengucapkan selamat untuk Nadia Murad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H