Soekarno-Hatta atau di masa awal-awal Revolusi Kemerdekaan Indonesia dipanggil dengan sebutan Bung, adalah dua orang Proklamator yang mewakili tokoh yang hadir di rumah Laksamana Muda Jepang Maeda pada malam 17 Agustus 1945. Kedua proklamator ini pun diberi anugerah sebagai pahlawan nasional Republik Indonesia di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nama itu tidak mungkin dipisah selama Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri.
Sejauh ini, nama Bung Hatta sepertinya kalah populer dengan Bung Karno. Sebenarnya tidak demikian. Proklamasi tidak mungkin dibacakan apabila Bung Hatta berhalangan hadir saat 17 Agustus 1945 untuk membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan. Ketika itu para pemuda terus mendesak agar Bung Karno membacakan Proklamasi.
Bung Karno dengan nada tinggi mengatakan, "Tidak, saya tidak membacakannya tanpa kehadiran Bung Hatta." Bung Hatta memang datang agak terlambat. Setibanya Bung Hatta, Bung Karno pun membacakan naskah Proklamasi yang telah dirumuskan pada malam harinya di rumah Laksamana Muda Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1 yang sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Masalah Museum Bung Hatta ini telah didiskusikan juga pada 18 Desember 2017di Hotel Ambhara, Jakarta. Penyelenggaranya Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Saya diundang dalam acara tersebut.
Memang sejauh ini "Hatta Memorial Heritage" itu bertujuan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai karakter Bung Hatta. Di Sumatera Barat itu sudah ada Istana Bung Hatta di Bukittinggi, Monumen Bung Hatta, Balai Sidang Bung Hatta dan Rumah Bung Hatta. Bagaimana pun harus diwujudkan pula Museum Bung Hatta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H