Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) akan bertemu di Singapura, sudah tentu masyarakat internasional mengharapkan akan terjadi perdamaian di Semenanjung Korea. Rencana kedua pemimpin negara, Kim Jong-un dari Korut dan Donald Trump dari AS, bertemu 12 Juni 2018. Mereka sudah tiba di Singapura, berarti tidak ada perubahan sebagaimana dilakukan Trump baru-baru ini. Trump pernah membatalkan sepihak pertemuan ini, kemudian berubah dan akan tetap melaksanakannya di bulan Juni 2018.
Sudah tentu semua pihak menyambut gembira perkembangan di Semenanjung Korea, tanpa senjata nuklir dan bersatunya kembali rakyat dua Korea yang terpisah puluhan tahun, karena perbedaan ideologi. Korsel mengikuti paham Kapitalisme/Liberalisme, sedang Korut berpaham Sosialesme/Komunisme.
Kesediaan Pemimpin Korut, Kim Jong-un bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in sebelumnya telah membuka diri untuk berbicara tentang masa depan kedua negara. Ini sungguh sesuatu yang luar biasa. Hal ini jarang dilakukan para pemimpin kedua Korea selama ini.
Memang terkesan kepergian Kim Jong-un, awalnya dengan diam-diam naik kereta api ke Beijing, Republik Rakyat China (RRC), ingin menunjukkan cara lama pemerintahan Korut. Tetapi kemudian tidaklah demikian. Pemerintah RRC memberitahukan akan kunjungan pemimpin Korut tersebut. Suatu keterbukaan yang baru saja terjadi di negara Komunis/Sosialisme.
Trump sebelumnya sudah memperingatkan sekutunya Korsel agar beban biaya yang dikeluarkan harus ditanggung Korsel. Pun di Suriah, jika Arab Saudi tidak mau menanggung beban biaya pasukan AS, lebih baik mereka angkat kaki dari Suriah dan membiarkan Arab Saudi menanggung resikonya. Inilah gaya Donald Trump memimpin AS sekarang ini.
Bahkan di masa depan kedua rakyat Korea yang terpisah di utara dan selatan akan bersatu. Jika melihat dari tahun di mana saya mewawancarai Juwono, Desember 1985, untuk Grup Merdeka (Majalah Topik), maka mantan Menteri Pertahanan itu, sudah berpikir jauh ke depan.
Suksesnya perundingan AS dan Korut di bulan Juni ini akan membawa dampak positip kepada peredaan ketegangan di Semenanjung Korea. Semoga tidak terjadi lagi perang di Semenanjung Korea, sekurang-kurangnya tidak menimbulkan korban jiwa yang telah diperlihatkan di Irak dan Suriah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H