Foto dari "The New York Times," dua hari yang lalu ini memperlihatkan senjata nuklir Korea Utara (Korut). Memang seperti biasanya tidak dijelaskan di mana dan tanggal berapa peristiwa itu diambil. Sejauh ini, Korut selalu meluncurkan peluru kendalinya untuk mengatakan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa Korut siap untuk berperang.
Korut beberapa waktu yang lalu begitu marah terhadap AS. Saat berbicara di New York beberapa waktu yang lalu, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho menegaskan bahwa Presiden AS Donald Trump sudah umumkan pernyataan perang, karena menyatakan bahwa pemimpin Korut tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu, Ri dengan berang mengatakan bahwa Korut bisa saja menembak pesawat tempur AS di mana pun berada.
Situasi ini sedikit mereda, karena Korut bersedia berunding dengan Korea Selatan (Korsel) hari ini, Selasa, 9 Januari 2018. Pembicaraan itu akan berlangsung di desa gencatan senjata, Panmumjom. Digambarkan bahwa di desa ini tidak ada rumah penduduk, jauh dari keramaian. Sengaja dipilih agar kedua negara yang berasal dari satu rumpun, yaitu Korea bisa menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang terjadi.
Pertemuan kedua Korea ini berlangsung di saat-saat Korsel akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin. Boleh jadi, pihak Korut akan menjajaki keikutan negara mereka dalam olimpiade tersebut. Jika berbagai perundingan di antara dua Korea ini berhasil di Panmunjom berhasil, maka rencana latihan militer antara Korsel dan AS bisa dibatalkan. Permasalahan kedua bangsa Korea di utara dan selatan bisa diselesaikan oleh bangsa Korea sendiri.
Sangat besar resikonya jika kedua Korea kembali berperang. Cukup sekali kedua Korea terlibat perang yaitu pada tanggal 25 Juni 1950. Perang saudara yang mengerikan dan melibatkan tiga juta tentara serta menewaskan hampir dua juta orang tersebut, cukuplah hanya sekali terjadi. Meski perang itu berakhir pada 27 Juli 1953, rakyat kedua negara masih trauma terhadap perang itu. Itu sebabnya perundingan kedua Korea yang akan dimulai hari ini membawa setitik harapan di tengah kecemasan rakyat Korea di Utara dan Selatan.
Pembagian dua Korea sepanjang garis paralel 38 derajat perlu juga dipikir ulang, karena bukankah pembagian itu dulunya hanya bersifat sementara, terutama untuk melucuti tentara Jepang dan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Korea sudah terpenuhi. Hal ini terbukti dengan sudah merdekanya kedua bangsa Korea, Korea Utara memoroklamirkan kemerdekaan pada 9 September 1948 dan Korea Selatan pada 15 Agustus 1948.
Memang untuk berbicara ideologi sangat sulit. Letak Korut saja pas berada di perbatasan Republik Rakyat China (RRC) yang berideologi komunis. Sementara di atasnya RRC terdapat Rusia, jika melihat peta. Sebagaimana kita ketahui Rusia dan RRC berideologi negara Sosialis, meski Sosialis Rusia dan RRC sedikit berbeda. Oleh karena tidak bisa dipungkiri bahwa Korut yang berbatasan langsung dengan RRC berideologi sama. Menurut saya, jika Korsel berideologi beda dengan Korut tidak nenutup kemungkinan bisa bersatu, karena sama-sama warga Korea.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H