Pagi Jumat, 30 September 2016, saya mendapat pesan singkat dari Pak Rohadi Subardjo dan ibu Damayanti, bahwa ibu Herawati Diah wafat pada pukul 04.20 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Sebelumnya, saya sudah tahu bahwa ibu Herawati Diah sudah sakit. Hanya pihak keluarga berpesan agar didoakan cepat sembuh dan tidak perlu dijenguk agar beliau bisa leluasa beristirahat. Maklumlah usia beliau sudah 99 tahun lima bulan pada bulan September ini.
Saya bersama Roosiah Yuniarsih dan seorang teman, langsung ke rumah kediaman almarhum di Jalan Taman Patra Kuningan IX no.10, Jakarta.Di sana sudah dipenuhi sanak saudara, handai tolan dan para sahabat.Suasana begitu terharu ketika jenazah akan diberangkatkan dari rumah almarhum menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata, karena memperoleh Bintang Mahaputra Utama RI pada tahun 1995.
Di samping itu, almarhum menerima penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia Pusat kepada wartawan aktif berusia 70 tahun pada tahun 1989.Penghargaan lain adalah Peniti Emas dari Ikatan Sarjana Wanita Indonesia pada tahun 1995 dan penghargaan dari Panitia Peringatan Kesehatan Sedunia pada tahun 1999.
Setelah selesai, almarhum bekerja sebagai pembantu lepas kantor berita AS, UPI dari tahun 1941-1942. Kemudian menjadi penyiar Radio Japan, Batavia.Ketika menjadi penyiar ini, almarhum bertemu dengan pemuda BM Diah yang kemudian menjadi suaminya.
Kesan mendalam saya ialah ketika para mantan wartawan Harian Merdeka Jl.AM Sangaji 11, Jakarta menyelenggarakan Hari Ulang Tahun ke-99 ibu Herawati Diah di Perpustakaan MPR-RI. Beliau datang dengan senyum meski memakai kursi roda. Begitu pula ketika acara silaturahmi dilanjutkan di Taman Wisata dan Sport Situ Gintung. Almarhum berkenan hadir di acara tersebut.Di samping almarhum ibu Herawati Diah, hadir pula mantan Menteri Penerangan RI Pak Harmoko. Beliau juga datang dengan berkusi roda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H