Belakangan perkembangan belantika musik dangdut sudah masuk dalam level optimal. Kondisi musik dangdut hari ini, kurang lebih sama dengan jika kita menilik perkembangan musik dangdut di medio 2012. Pada saat itu belantika musik dangdut diramaikan dengan munculnya OM. Sagita dengan Eny dan wiwik sebagai garda terdepan. Hari ini belantika musik dangdut kembali diramaikan dengan hadirnya Nella Kharisma, Denny CakNan, Happy Asmara, serta Ndarboy Geng, dan Guyon Waton yang membangun citra sebagai grup musik dangdut.
Lagu yang dibawakan hari ini juga lebih Easy listening dan lebih relate dengan keidupan remaja dan kalangan sadboy/girl, seperti saya dan juga kalian itu tentunya. Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan itu. Bukti semakin mesranya lagu dangdut dengan keidupan remaja dan kalangan sadboy/girl adalah lagu dangdut yang hari ini sedang populer selalu menjadi top playlist di cafe dan warung kopi.
Musik dangdut koplo hari ini juga bukan sekedar hiburan semata, manfaatnya juga terasa di berbagai sektor. Di sektor transportasi misalnya, musik dangdut koplo terbukti ampuh menjadi "sahabat perjalanan" ketika sedang bepergian menggunakan kendaraan. Musik dangdut koplo akan diputar ketika kita bingung mau memutar lagu apa lagi. Dalam sektor ilmu Psikologi, musik dangdut koplo mampu menggairahkan kembali semangat pemuda-pemudi yang sedang hilang harapan akibat putus cinta atau segala dinamika permasalahan kehidupan remaja.
Musik dangdut koplo hari ini dapat diterima secara baik, berkat lirik dan alunan musik yang lebih down to earth serta bungkus baru dangdut koplo modern yang mengubah image dangdut dari musik yang ndeso dan kampungan menjadi musik yang dapat diterima semua kalangan.
Salah satu faktor penting bertahannya musik dangdut dalam belantika permusikan tanah air adalah keberadaan tukang Senggak atau tukang kecrek dalam setiap musik dangdut yang di mainkan. Keberadaan mereka mungkin awalnya dimaksudkan hanya untuk menjadi pengiring latar. Namun saat ini, keberadaannya dapat disejajarkan dengan sang biduan.
Tentu kita tidak akan pernah lupa dengan Senggakan ini :
"Cendol dawet, cendol dawet seger. Cendol cendol dawet dawet. Cendol cendol dawet dawet. Cendol dawet seger piro, lima ngatusan. Terus gak pake ketan. Ji ro lu pat nem pitu wolu. Tak gintang-gintang. Tak gintang-gintang. Tak gintang-gintang. Slolololo. Josss."Â
"Tarik sis.... Semongko"Â
"pi..kopa kopi.. Pi kopa kopi.. kopi ireng, Jos!".
Meskipun jargon atau Senggakan itu tidak ada hubungannya langsung dengan lirik lagu yang dimainkan. Namun setiap mendengar Senggakan tersebut, dalam bayangan kepala kita selalu tertuju pada siapa dan lagu apa yang sedang diputar. Senggakan tersebut tidak lain adalah berasal dari tukang kecrek atau tukang Senggak. Yang keberadaannya hari ini membuat musik dangdut koplo semakin terasa asik untuk dibuat joged dan kian diterima oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.
Namun, tidak seperti lagu dan penyanyinya, keberadaan tukang kecrek atau tukang Senggak seringnya tidak mendapat porsi yang sama seperti kedua unsur tersebut. Posisi mereka masih menjadi subordinasi dari keseluruhan pertunjukan konser dangdut koplo. Padahal jika kita menilik urgensi keberadaan keberadaan tukang kecrek atau tukang Senggak ini, mereka sebenarnya adalah nyawa dari setiap pertunjukan musik dangdut koplo.