Mohon tunggu...
Dasilva ari
Dasilva ari Mohon Tunggu... Pengacara - Sebab kita sering lupa, maka menulis adalah kunci

Coguyon ergo sum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Akhir Virus Corona/Covid-19

5 April 2020   15:32 Diperbarui: 5 April 2020   15:45 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

2 Bulan terakhir bumi pertiwi dibuat kewalahan dengan munculnya fenomena si kecil cabe rawit, alias virus corona. Yang dampak penyebarannya bukan main -- main.  memang Indonesia  terkena dampak virus tersebut belakangan dibanding negara lain. Namun begitu datang, boom! Satu indonesia dibuat panik  olehnya,

Awalnya masyarakat Indonesia merasa jumawa. Sebab setelah 3 bulan penyebaran virus covid-19, virus tersebut tak kunjung masuk ke indonesia. Beberapa pakar kesehatan bahkan memberikan hipotesa bahwa virus covid-19 tidak bisa masuk ke indonesia karena tidak cocok dengan suhu di Indonesia.

Tidak hanya pakar, menteri kesehatan dengan ucapan yang menenangkan masyarakat. Mengatakan bahwa "indonesia kebal virus Corona, Karena Doa". Di media sosial bahkan bermunculan meme yang menyinggung betapa kebalnya masyarakat indonesia melawan virus. Sebab, bagaimana bangsa indonesia gak kebal, makanan yang udah jatuh 30 menit yang lalu pun, kadang masih diambil dengan dalih "belum 5 menit", "rejeki gak kemana".

Bom waktu yang ditunggu -- tunggu datang. Dimulai pada awal bulan maret lalu. Presiden Menyampaikan bahwa ada warga kota depok yang positif terpapar virus covid-19. Sama seperti kalian, awalnya aku optimis kalau mungkin hanya 2 kasus positif saja, dan bisa langsung  ditangani sampai sembuh tanpa menular ke mana -- mana.

Aku dan orang -- orang di sekitarku yang awalnya menanggapi virus ini dengan tatapan remeh, beberapa hari kemudian menjadi tatapan bingung, dan hari ini mulai menatrap dengan tatapan cemas. Bagaimana tidak? Yang awalnya kami optimis dengan laju virus ini yang dapat ditekan. Nyatanya malah membuat kita tertekan.

Apalagi semenjak pemerintah menginstruksikan agar masyarakat mengisolasi diri. Panic buying mulai terjadi di hampir seluruh pusat perbelanjaan di indonesia. 

Dinas -- dinas dan lembaga pemerintahan juga mulai menerapkan Work From Home, sektor swasta pun ikut -- ikutan. Dampaknya, beberapa sektor seperti pemerintah dan ekonomi  harus terhenti sementara. Produktifitas menurun. Namun kita tidak bisa berbuat apa -- apa karena harus berada dalam rumah saja.

Apa yang terjadi, apakah jurus doa orang Indonesia yang disampaikan pak menteri mulai tidak dihijabah oleh Allah? Atau warga Indonesia sudah mulai kehilangan ilmu kebalnya? Yang jelas sampai hari ke sekian instruksi lockdown dari pemerintah, virus corona masih saja men smackdown kita.

Sederhana saja apabila kita ingin memperkirakan kapan selesainya virus ini di indonesia. Pakar virus ITB saja sudah memperkirakan puncak virus ini selesai, yaitu sekitar bulan Juni 2020. Dengan catatan kita taat terhadap instruksi pemerintah terkait Isolasi diri di rumah. Tapi kenyataannya hari ini masyarakat Indonesia masih mecoba melawan instruksi itu, dan memilih untuk bersahabat dengan virus corona.

Oke, mari kita rubah prediksi berakhirnya virus ini. Dengan asumsi masyarakat masih suka keluar  dan tidak ikut instruksi pemerintah. Aku sendiri memperkirakan virus tersebut masih bisa diselesaikan. Bukan diselesaikan tenaga medis atau vaksin yang diciptakan. Melainkan dari masyarakat kita sendiri. 

Virus ini akan berakhir. bukan hilang, melainkan masyarakat sudah pasrah, sehingga mengambil konklusi "ya sudah, kena virus juga gapapa, daripada hidup begini -- begitu saja. ", tapi yang menyenangkan dari prediksi ini adalah kita akan bermutasi menjadi makhluk yang kebal virus, dengan Pasrah sebagai obat terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun