Mohon tunggu...
Dasep Mulyadi
Dasep Mulyadi Mohon Tunggu... -

Brrrrrrrrr

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

700 km, -25, Ide Gila(2)

23 Maret 2011   18:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:30 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oh yah…. Di awal cerita lupa kalo kenekatan uji nyali menerobos salju hanya ingin menikmati suasana Pergantian Tahun Baru di Pinggir Sungai NEVA yang membelah kota St. Petersburg. Kota ini merupakan kota terbesar kedua setelah Moskow dan berstatus kota Federal seperti halnya kota Moskow dan merupakan kota favorit baik bagi wisatawan domestic maupun wisatawan asing.

Kembali ke lap-top.........!!!!!!!!!!!!!!!!

[caption id="attachment_96331" align="alignleft" width="490" caption="Jalan tanpa ujung"][/caption]

Setelah melewati kilometer 200 dari Moskow, nyali menjadiC I U Tsaat melihat kiri kanan hutan yang tidak tembus pandang. Kiri kanan jalan tertutup salju tebal sehingga tidak terlihat bahu jalan. Lebar jalan yang cukup untuk empat kendaraan hanya bagian yang dilewati ban mobil yang bersih dari salju seolah hanya untuk satu mobil, itupun masih terasa licin karena aspal berlapiskan es. Ngantuk sedikit ban bisa kepeleset dan nyungsep atau nyosor ke jalur seberang. Sejauh mata memandang yang terlihat hanya aspal tanpa ujung laksana jalan se-ban mobil (bukan jalan setapak). Tidak ada warung kopi, tidak ada pom bensin, tidak ada tempat parkir yang nyaman buat meluruskan kaki setelah menggenjot gas ratusan kilometer, tidak ada perkampungan yang menawarkan keramah tamahan. Jarak 30-40 km baru ditemukan pom bensin, itupun berada di tengah hutan, kalaupun ada warung, jajanannya terbatas. Tidak ada bakso, tidak ada somay, tidak ada batagor, tidak ada lontong sayur, tidak ada tahu gejrot. Makin menjauh dari Moskow makin jarang mobil lalu lalang. Sesekali hanya terlihat satu mobil nun jauh disana. Terkadang beberapa truk container konvoi membawa berbagai barang dagangan menuju kota Moskow atau sebaliknya. Mereka terbiasa konvoi karena untuk menghidari pembajak di tengah jalan. Jalur Moskow-St. Petersburg banyak dilalui truk container atau kendaraan box yang mengangkut berbagai barang karena merupakan jalur perdagangan utama yang menghubungkan Rusia dengan Negara-negara Eropa Barat danScandinavia. Tidak heran jika jalan di jalur ini sering rusak.

[caption id="attachment_96335" align="alignleft" width="423" caption="Mana mobil lainnya? wah masih jauh, kapan nyampenya?"]

13009051361191359032
13009051361191359032
[/caption]

Papan penunjuk arah di pinggir jalan tertulis “Saint Petersburg: 425 km”, selang beberapa waktu “380 km”, “360 km”, ooohhhh…..harapan masih jauh untuk dapat menggelindingkan ban di jalan Piter (sebutan singkat untuk kota Saint Petersburg). Dan bukan hanya itu masalahnya, apakah Mercy Rusianya bapak Kepala Sekolah Indonesia Moskow (Sedan Volga) akan tiba dengan selamat di kota yang dibangun oleh Tsar Peter The Great?Apakah Volga Hitam tersebut dapat menikmati kota Piter yang penuh dengan nilai seni yang tinggi? Terlihat Volga Hitam di depan meluncur dengan gagahnya, seolah kekhawatiran itu tidak pernah ada. Sesekali di sarankan untuk berhenti sejenak menghilangkan rasa kantuk, tapi jawabnya “tanggung”. Entah apa yang ada di pikiran pa Basok dan bu Ummi saat itu, entahlah……yang pasti Volga Hitam terus meluncur menembus guyuran salju dengan penuh percaya diri. Seolah punya harapan yang sama dengan saya “ingin segera menepi di pinggiran sungai NEVA”.

13009053811139516617
13009053811139516617

Pada kilometer 200 hingga 500 dari kota Moskow, jalanan yang dilalui tidaklah semulus yang dibayangkan. Walaupun ada beberapa bagian yang rata, namun kebanyakan nggerinjul, bergelombang, belum terpaan angin truk-truk container yang menghembus memerlukan konsentrasi penuh terhadap jalanan. Wajar sepanjang perjalanan tidak berasa ngantuk. Belum lagi pemandangan yang indah dan menakjubkan sepanjang perjalanan yang tidak mungkin didapatkan di Indonesia. Pohon-pohon yang putih tertutup salju sungguh mengesankan bak di negeri dongeng. Rumah-rumah kayu yang beratapkan salju seperti dalam cerita petualangan Tin-Tin di Kutub

1300905271658773681
1300905271658773681
Utara. Terkadang terlihat hamparan salju di padang yang luas bak permadani putih (bukan permadani hijau) seolah belum terjamah orang. Terkadang pula di tengah perjalanan yang jauh kesana kemari terlihat beberapa bangunan kayu yang mengeluarkan asap dari cerobong yang ada di atap rumahnya. Artinya rumah tersebut ada penghuninya. Subhanallah…. Allah maha kuasa. Saya membayangkan, bagaimana mereka bisa hidup sementara tanah pertanian tertutup salju, sangat jauh dari pusat keramaian. Entah darimana sumber penghasilan mereka. Hanya Tuhan yang tahu.

Apakah Bapak BASOK nyampe? (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun