[caption id="attachment_86513" align="alignleft" width="441" caption="Aksi anarkis kelompok suporter klub sepak bola Spartak Moskow"][/caption] Indonesia dan Rusia memiliki kesamaan karakter bangsa yang sama yaitu multi etnik dan multi religius. Beberapa konflik yang muncul penyebabnya adalah kebencian terhadap etnik tertentu yang diprovokasi oleh sekelompok orang. Beberapa serangan bom Bunuh diri yang terjadi di ibu kota Federasi Rusia disinyalir otak dan pelakunya adalah sekelompok orang yang mereka sebut etnik Kaukasus, terutama dari wilayah Kaukasus Utara (Rep, Chechnya, Rep. Dagestan dan Rep. Ingushetia). Masih ingat dalam benak kita pada November 2009 terjadi serangan bom terhadap kereta api Nevsky Expres jalur Moskow-Saint Petersburg yang mengakibatkan 28 orang meninggal dan sekitar 90 orang luka-luka. Pada 2 Maret 2010 Dinas KeamananFederal Rusia berhasil menenagkap Said Buryati, pemimpin kelompok pemberontak Wahabi di Dagestan. Said Buryati diduga sebagai otak pelaku peledakan Kereta Api Nevsky Expres pada tahun 2007 dan November 2009. Namun serangan bom tahun 2007 tidak ada korban jiwa. Tidak lama berselang setelah pasukan keamanan Rusia berhasil melumpuhkan kelompok Said Buryati, pada 29 Maret 2010 terjadi serangan bom di dua stasiun Metro (Kereta Api Bawah Tanah) di pusat kota Moskow. Ledakan yang menewaskan 40 orang dan melukai sekitar 90 orang tersebut terjadi pagi hari disaat semua orang memulai aktivitasnya. Ledakan pertama terjadi Stasiun Metro Lubyanka sekitar pkl. 07.56, selang 40 menit kemudian terjadi ledakan di StasiunMetri Park Kultur yang keduanya berada pada jalur yang sama. Dari hasil penyidikan petugas yang berwajib pelaku pemboman di dua stasiun metro dilakukan oleh dua janda pemberontak dari Dagestan yang suaminya tewas oleh pasukan keamanan Rusia. 6 Desember 2010 seorang pemimpin kelompok suporter klub sepak bola Spartak Moskow, Egor Sviridov, mati terbunuh akibat perkelahian dengan sekelompok pemuda etnik Kaukasus. Polisi berhasil menangkap enam orang etnik Kaukasus yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut, namun kemudian lima orang dibebaskan kembali karena tidak cukup bukti. Sontak tindakan penegak hukum tersebut menyulut kemarahan dan kebencian para suporter sepak bola terhadap etnis Kaukasus. Aksi besar-besaran tanggal 11 Desember 2010 untuk mengenang kematian Egor Sviridon menjadi anarkis akibat provokasi kelompok ultransionalis. Mereka meneriakan slogan "Rusia untuk Rusia", "Moskow adalah kota untuk orang Rusia". Slogan ini berkesan bahwa etnik Kaukasus bukan bagian dari Rusia. Beberapa orang yang bertampang etnik Kaukasus menjadi korban dalam peristiwa ini. Seminggu kemudian kelompok etnik Kaukasus berencana melakukan aksi di Lapangan Evropeiskaya, Â Moskow, namun dapat diantisipasi oleh petugas keamanan sehingga aksi anarkis tidak terulang. Sekitar 800 orang yang sebagian besar etnik Kaukasus diamankan petugas. [caption id="attachment_86518" align="alignleft" width="300" caption="Vladimir Dzirinovsky, Ketua Partai Politik Demokrasi Liberal Federasi Rusia, Wakil Ketua Duma Negara Federasi Rusia."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H