Mohon tunggu...
Dasa Oktaviani
Dasa Oktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu jurnalistik, saya tertarik dalam bidang entertainment, dan radio.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Terkini Teologi Islam dalam Jejak Muhammad Abduh

29 Desember 2023   00:11 Diperbarui: 29 Desember 2023   00:17 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biografi Muhammad Abduh 

Muhammad Abduh lahir di sebuah desa Mahallat Nashr, Kabupaten Al-Buhairah, Mesir, lahir pada tahun 1265 H bertepatan dengan tahun 1849 M. Muhammad Abduh mempunyai nama lengkap yaitu Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah.1 Ia mempunyai ayah bernama Abduh bin Hasan Khairullah. Ayahnya mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa Turki, sedangkan ibunya mempunyai silsilah keturunan dengan orang besar Islam. Abduh lahir dalam lingkungan keluarga petani yang sederhana, semua saudaranya adalah petani-petani yang membantu ayah mereka dalam bidang pertanian, tetapi Abduh rupanya karena sangat dicintai oleh Ibu-Bapaknya ia tidak ditugasi kecuali untuk mencari ilmu pengetahuan. 

Masa pendidikan Abduh dimulai dengan pelajaran dasar menulis dan membaca yang dipelajari di rumah dengan bimbingan orang tuanya sendiri, Setelah itu Abduh menghafal AlQur'an dengan bimbingan seorang guru hafiz Al-Qur'-an. Hanya dalam waktu dua tahun ia telah menjadi seorang hafizd seluruh ayat Al-Qur'an telah dihafalnya.2 Prestasi yang diraihnya semakin meningkat tekad orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan Abduh. Pada tahun 1862, Abduh dikirim ke Tanta untuk belajar agama di masjid Al- Ahmady. Selama dua tahun Abduh belajar tentang nahwu, shorof, fiqih, dan lain-lain. Selama belajar nya disana Abduh merasa putus asa atau kecewa karena tidak mendapat ilmu pengetahuan yang diharapkan. Disebabkan karena metode pengajaran yang digunakannya hanya mementingkan hafalan tanpa pengertian. 

Setelah selesai di Tanta, Abduh meneruskan pelajarannya ke Al-Azhar pada tahun 1866. Dari sinilah Abduh lebih banyak menimba ilmu dan mengikuti pelajaran dengan serius. Pada saat belajar di Al-azhar, Abduh bertemu dengan Jamaluddin Al-Afghani ketika dia datang ke Mesir dalam perjalanannya dari Istanbul. Abduh bersama dengan teman-temannya mengunjungi Jamaluddin Al-Afghani di tempat penginapannya. Pada tahun 1877, Jamaluddin Al-Afghani datang untuk kedua kalinya. Dia menginginkan untuk tinggal di Mesir, sehingga Abduh menjadi seorang murid yang pintar. Melalui Jamaluddin, Abduh mendalami filsafat, matematika, teologi, politik, dan jurnalistik. 

Pada tahun 1877 Abduh berhasil menyelesaikan belajarnya dengan mendapatkan gelar 'alim dan berhak mengajar di Universitas Al-Azhar. Setelah itu Abduh mengajar di Universitas Dar Al-'Ulum mengajar sejarah sedangkan di Al-Azhar mengajar logika, teologi, dan filsafat. Selain sebagai profesi guru, Abduh juga tekun di bidang jurnalistik. Ia menulis artikel, surat kabar. Di bidang ini Abduh meningkat menjadi pemimpin Redaksi Al-Qaqa'i Al-Mishriyah. Dari situlah abduh mempunyai jiwa yang besar dan tidak pernah patah semangat dalam memperjuangkan idenya, jabatan hakim yang ditekuninya. Namanya semakin harum sehingga di tahun 1894 M Abduh diangkat menjadi anggota Majlis A'la di Al-Azhar dan pada tahun 1899 diangkat menjadi Mufti Mesir. Kedudukan tinggi ini yang ia pegang sampai ia meninggal dunia pada tahun 1905 M.

Teologi Islam Modern

Kata teologi berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti tersendiri, yakni theos dan logos. Theos secara bahasa berarti Tuhan, sedangkan logos berarti ilmu. Bila digabungkan, teologi dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan atau berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan Islam menyebut teologi sebagai ilmu al-kalam, yang dimana untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Teologi adalah sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta, khususnya hubungan-Nya dengan manusia. Perbedaan pendapat mengenai teologi di antaranya banyak mazhab disebabkan adanya keberagaman pandangan tentang keimanan dan kekufuran, tentang perbuatan Tuhan dan manusia, tentang akal dan wahyu. 

Munculnya Teologi Islam Modern 

Awalnya teologi Islam muncul bukan karena dari persoalan agama melainkan dari persoalan politik, isu politik yang kemudian berubah menjadi isu teologis. Dengan demikian, persoalan teologis Islam sangat erat kaitannya dengan persoalan politik. Sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW, umat Islam sangat erat menanggapi persoalan kepemimpinan Islam dengan serius. Umat Islam sering terlibat dalam konflik mengenai pemimpin yang tepat untuk menggantikan Nabi Muhammad SAW. Terdapat tiga periodisasi dalam masa perkembangannya, diantaranya yaitu periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern. Teologi Islam modern memiliki pandangan berbedabeda yang dilakukan umat lainnya terhadap umat Islam, sehingga haruslah terdapat pembaharuan terhadap cara pandang secara subjektif ini. Perkembangan teologi Islam sendiri mengalami naik turun sesuai dengan perkembangan zaman, terutama di zaman modern. Kemunculan era modern terjadi antara abad ke-14 dan ke-17 Masehi. Di zaman modern ini, terdapat kebebasan berpikir, berbagai penemuan ilmiah memungkinkan manusia mewujudkan ambisinya. Perkembangan ilmu pengetahuan membuat manusia menjadi lebih maju dari sebelumnya. Era modern tidak hanya berfokus pada bidang ilmu pengetahuan saja, namun juga melibatkan aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya di seluruh dunia.

Pemikiran Muhammad Abduh dalam Teologi Islam Modern 

Berbicara mengenai pemikiran teologi Muhammad Abduh, maka perlu dibahas pandangannya tentang tempat akal dan wahyu. Teologi dalam sudut pandang Muhammad Abduh dapat digambarkan sebagai Tuhan sebagai kepala alam dan manusia sebagai kepala alam. Penduduk tempat ini berusaha mengenal tuhannya dan tuhan meremehkan wahyu karena kasihan melihat kelemahan manusia dibandingkan kemahakuasaan-Nya. Orang-orang yang disebutkan oleh Muhammad Abduh di sini adalah khawas, yaitu orangorang pilihan dari kalangan awam. Hal ini dikarenakan kemampuan nalar yang dimiliki oleh para khawas, yang memiliki akses terhadap Tuhan dan dunia gaib berada pada puncak eksistensi tertinggi.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun