"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh." (QS. Al-A'raf: 199).
Hakikat hidup di dunia adalah ujian. Apapun itu. Apapun!
Dalam kaitannya dengan tahun politik, dimana di berbagai lini kehidupan, hampir selalu saja terselip ruang-ruang politik. Sampai-sampai saya menemukan status facebook yang berisi, "adakah ruang dimana tidak ada pembahasan politik."
Prof. M. Amien Rais bahkan menganjurkan agar saat ini di tahun politik, di masjid pun harus ada politik. Bahkan tokoh reformasi itu mengecam dengan serius orang yang melarang tidak boleh ada politik dimasjid dengan menyebutnya "kurang ajar" dan "dungu!".
Benarkah harus seperti itu? Bahwa kita harus selalu berpolitik, bahkan harus membawanya pada tempat privat, yaitu masjid?
Jika mengacu pada jawaban Aristoteles, bahkan dia menyebut manusia adalah zon politicon, makhluk yang berpolitik. Tidak bisakah manusia lepas dari politik?
Tidak bisa! Manusia sungguh tidak bisa lepas dari politik. Bahkan orang yang bilang netral terhadap politik, atau tidak mau ikut campur, itupun politik atau dia terpolitisir.Â
Dan tokoh agama yang diagungkan oleh politisi karena tidak ikut campur dalam politik dan mengacuhkannya karena fokus memikirkan ubudiyah dan muamalah, itu pun bisa jadi, dan memang, korban politik. Karena mereka dipolitisasi agar menjauhi politik sehingga orang-orang gak bertanggung jawab jadi tidak punya hambatan besar untuk meraih kursi dan mendudukinya dengan sekehendak hati. Banyak macam ujian politik.
Salah satu ujian politik bagi kita adalah, jika menentukan pilihan apalagi mengerahkan masa, maka punya resiko dijauhi bahkan dimusuhi orang lain, bahkan seorang ustadz bisa ditinggalkan sebagian jama'ah yang beda pilihan politisi, seperti Prof. Amien Rais dan Ust. Yusuf Mansur.Â
Sedangkan ujian orang yang menjauhi politik dan tidak mau ikut campur meskipun terlihat jelas orang yang mau naik jadi pejabat bisa membahayakan umat, dia diuji dengan ksesungguh-sungguhan mencegah madarat, atau nahi munkar, atau ujian lain yang berkaitan dengannya. Sehingga orang itu terkesan cari aman. Padahal hakikatnya membiarkan kemunkaran.
Banyak ujian dalam politik. Kita dihadapkan dengan menentukan masa depan bersama dimana seluruhnya akan diserahkan pada orang yang mencalonkan diri jadi pejabat. Ini sungguh ujian yang tidak ringat, bahkan bisa jadi rumit. Kita tidak saja dihadapkan dengan pilihan yang harus jadi ibadah dan mengarah pada surga, tapi harus juga si pemimpin sukses membawa seluruh aspirasi masyarakat sehingga terwujud sesuatu yang suci dari politik itu, yaitu keadilan, kemakmuran, dan kemajuan.Â