Mohon tunggu...
Dasam Syamsudin
Dasam Syamsudin Mohon Tunggu... lainnya -

Berjuang untuk hidup, hidup untuk berjuang...\r\n\r\nTwitter @Dasam03

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Al-Zaytun, Ada Apa dengan Masyarakat Gantar?

12 Mei 2013   04:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:43 3506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tertarik mengikuti pembahasan tentang Yayasan Ma'had Al Zaytun pada tulisan ini. Rasa penasaran jadi kembali kambuh tentang kerajaan yang ada di tengah-tengah belantara kami, masyarakat Gantar. Semoga dengan saya menulis ini, ada beberapa orang Zaytun yang bisa menjawabnya. Entah dengan akun palsu atau anonim, terserah saja. Zaytun berdiri dan berkembang disaksikan oleh saya, sejak saya SD. Tapi suasana asingnya tidak pernah hilang dari pikiran saya dan masyarakat Gantar kebanyakan, bahkan nyaris seluruhnya.

Masih ingat dulu, saya seharian berdiri memakai baju pramuka berbaris rapi dengan beberapa polisi di tepi jalan untuk menyambut Presiden BJ Habibie melintasi jalan butut kami tahun 1999. Setelah selesai penyambutan, saya langsung pulang cepat dengan berjalan kaki yang berjarak sekitar 1,5 KM. Dengan tergesa-gesa, saya langsung menyambar sepeda dan mengayuhnya dengan cepat sekuat tenaga untuk melihat BJ. Habibie meresmikan Yayasan Al-Zaytun tahun 1999. Saya sangat mengenal Gantar. Dan tahu jalan tercepat menuju Zaytun sekaligus agar terhindari dari macet. Sebab dulu jalan dipenuhi mobil-mobil pejabat, polisi, dll. Saya bersepeda di atas galengan sawah yang kering dan belum ditanami padi dengan beberapa teman. Kira-kira jaraknya 3 KM. Namun sayang, satpan mencegah kami masuk lewat pintu belakang meski tahu kami anak-anak kecil lokal yang tadi memakai seragam pramuka. Saya kembali mengayuh sepeda menuju gerbang utama Zaytun. Saat itu Zaytun dipadati orang-orang. Tidak ada larangan satpam, namun orang-orang terlalu padat. Akhirnya gagal total ingin melihat Habibie mendklarasikan peresmian Zaytun. Bahkan melihatnya pun tidak. Kenangan yang indah. Namun sekarang hal itu menyisakan pertanyaan yang sering muncul saat saya melihat Zaytun.

Zaytun, ada apa dengan masyarakat Ganta? Kenapa pendidikan dan kearifan agama yang dibesarkan di sana, tidak pernah menyentuh kami? Bahkan kami tidak mengenal para santri yang belajar di sana, yang datang dari berbagai kota bahkan negara. Mengerikankah masyarakat Gantar untuk dikenalkan dengan santri-santri itu, terlebih jika mereka berbaur?

Terlalu berbahayakah jika para santri berbaur dengan masyarakat sekitar karena lingkungan kami yang kuno, norak, dan banyak berandal? Saya tahu, sebelum kalian berdiri di sini, masyarakat kami sangat berantakan soal moral, bahkan di kecamatan ini ada tempat prostitusi. Kalian mungkin sangat menjaga anak-anak didik kalian dari lingkungan kami yang mungkin menurut kalian, “beracun”.

Pernah terlintas di benak saya suasana santri yang besar, megah dan indah, dengan akhlak baiknya yang ditularkan kepada masyarakat Gantar. Pernah terlintas dibenak ini, kecamatan kami meski kampung dan relatif miskin, menjadi masyarakat santri yang tidak pernah asing dengan kitab kuning atau pengajian, dimana hilir mudik pria berkopiah dan wanita berkerudung begitu memadati kehidupan di sini. Pernah juga terlintas para santri Zaytun akan meramaikan surau-surau kami yang selalu sepi dari santri yang benar-benar mengerti agama lengkap dengan pengetahuan umumnya. Dan sempat terpikir Gantar menjadi icon dari Kabupaten Indramayu karena memiliki Zaytun.

Namun sayang, Zaytun tetaplah kerajaan megah yang berada di tengah belantara yang bisu. Zaytun tetaplah bangunan-bangunan mewah nan indah yang menghiasi tempat yang dulunya hutan. Zaytun tetaplah “dunia lain” meski kami melihatnya setiap hari. Kami tidak kenal Zaytun. Kami hanya melihatnya.

Zaytun, tahukah kamu, dulu kami bangga kehadiran kalian, sangat bangga sebab kami berharap kehidupan keagamaan kalian yang mewah akan menular pada masyarakat. Namun sekarang, kalian sering dijadikan candaan beberapa masyarakat karena ada beberapa hal dari kalian yang sangat khas, namun kami tidak memandangnya sebagai sesuatu yang baik. Kalian benar-benar menutup diri dari lingkungan kami. Begitu asing, dingin, tidak peduli, dan terasa hambar ada di sini.

Banyak hal yang ingin selalu saya tanyakan. Tapi kalian tetaplah orang asing. Hanya beberapa pegawainya saja yang hidup diantara lingkungan kami. Itu pun mereka belum bisa beradaptasi dengan lingkungan Gantar, meski sudah melewati satu dasawarsa.

Bicaralah, Zaytun!

_____________

Ini komentar saya pada tulisan itu (yang saya ber link di kata "ini")

Tulisan yang menarik, Pak.. Saya asli orang Gantar, dan dulu juga pernah menulis tentang Al Zaitun, cuma tentang pegawainya saja yang saat itu kebetulan pegawai Zaitun sedang mengalami kemorosotan.
__________
Ada hal yang unik, lebih tepatnya aneh, dari Al Zaitun ini. Kadang, saya tidak bisa habis pikir, suatu lembaga sebesar itu bisa berdiri megah di tengah-tengah perkampungan yang terbilang miskin. Tapi tidak bisa memberi pengaruh yang benar-benar berarti buat masyarakat sekitar. Seperti dalam hal pendidikan, agama dan juga ekonomi.
___________
Dalam hal agama, tidak ada sesuatu yang bisa ditularkan oleh Zaitun pada masyarakat sekitar, dalam hal apapun, tidak ada yang berpengaruh jika dihubungkan dengan agama. Tidak seperti pesantren pada umumnya. Biasanya, pesantren akan mempengaruhi masyarakat lokalnya, yang terdekat, dengan pendidikan agama dan kehidupan keberagamaan. Dan di Zaitun, hal itu tidak terjadi pada masyarakat Gantar.
____________
Dalam hal ekonomi, banyak sekali perbedaan di Zaitun dengan masyarakat Gantar baik dalam hal gaji pegawai, gaji pemotong padi, dan lain sebagainya. Makanya, pegawai Zaitun semuanya luar daerah gantar, bahkan nyaris semuanya dari luar Indramayu. Tetangga saya, banyak sekali pegawai Zaitun, dan semuanya pendatang dari daerah yang jauh, bahkan beberapa di luar pulau jawa. Ada puluhan di kampung saya pegawai Zaitun. Belum lagi adanya larangan pedagang es keliling yang berjualan di sisi jalan Zaitun. yah, Zaitun memang menghendaki kedisiplinan dan kebersihan. Pedagang keliling makanya di sapu habis dan dijaga ketat.

Intinya Zaytun seperti sangat menutup diri menrima pekerja lokal.

___________
Dalam hal sosial pun, para santri Zaitun tidak pernah melakukan kunjungan atau sosialisasi dengan masyarakat sekitar yang ada di Gantar. Entah apa bagi Zaitun masyarakat Gantar itu, sehingga belum pernah terjadi yang namanya santri sosialisasi ke kampung-kampung untuk silaturahmi atau lain sebagainya. apalagi mengadakan baksos. Padahal tiap hari mobil Zaitun lewat di hadapan hidung-hidung orang kampung yang blangsak.
____________
Menurut sebagian masyarakat Gantar, Zaitun adalah kerajaan yang berdiri di tengah hutan. kerajaan yang tertutup dan tidak peduli pada masyarakat yang ada di sekitarnya. bagi orang lain yang pernah berkunjung ke sana mungkin itu surganya santri, surganya pendidikan agama. tapi tidak bagi masyarakat gantar.
____________
Kehidupan keberagamaan masyarakat Gantar tidak pernah tersentuh oleh yang namanya Zaitun. Mungkin Zaitun memang tidak menghendaki adanya perubahan yang lebih baik pada masyarakat sekitar dalam hal keberagamaan. Hanya mementingkan yang mesantren saja.
____________
Sebetulnya banyak hal yang ingin selalu saya tanyakan pada Zaitun. Tapi pertanyaan saya di atas pun yang dituliskan. saat ditanyakan pada pegawainyapun banyak yang tidak tahu.
____________
Kadang, saya berfikir lebih bersyukur ada industri di sini ketimbang Zaitun. Setiap hari saya melihat Zaitun, tapi perasaan saya selalu berkata, saya melihat dunia lain di tengah-tengah kehidupan kami. Aneh, sangat aneh sekali. kenapa bisa ada surga atau kerajaan di tengah-tengah masyarakat kumuh yang jalan rayanya saja tidak pernah bagus dan mulus.
____________
Salam dari masyarakat Gantar. Maklumi suasananya yang selalu panas atau hareudang.
Terimakasih. Maaf kalo ada kata-kata yang menyinggung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun