Mohon tunggu...
Dang Aryanyacala
Dang Aryanyacala Mohon Tunggu... karyawan swasta -

support research

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak RW Idrus Mencari Tuhan

25 Oktober 2013   21:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:02 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak RW Mencari Tuhan

Karakter Pak RW dalam sinetron Para Pencari Tuhan (PPT) bisa jadi adalah personifikasi tokoh politik tertentu dalam hingar bingar jagad politik nasional. Apalagi tahun 2014 adalah tahun politik saat seluruh kekuatan politik ancang-ancang mencari simpati publik.

Indrus Pak RW sebagai incumbent sudah dalam posisi tanpa daya berhadapan dengan penantang-penantang politiknya, Pak Yos sebagai Wakil Ketua dan Pak Akim sebagai Bendahara RW. Kekuatan politik dan sumber daya finansial boleh dibilang berada di tangan penantangnya. Pak Yos dan Pak Akim berkoalisi untuk menumbangkan incumbent.

Tapi itulah, politik bukan cuma kekuatan jaringan di tingkat grass root. Juga bukan sekadar kekuatan sumber daya finansial. Pelengkap kedigdayaan lain pun perlu. Kecerdikan dalam strategi. Itulah Pak RW Idrus adalah tokoh politik yang cerdik.

Maka alkisah, dari pintu ke pintu Pak RW Idrus dengan kecerdikan sendiri merayu rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Kepada setiap orang Pak RW Idrus memelas hanya butuh 1 suara saja agar tidak malu saat hari pencoblosan kelak. Permintaan disampaikannya ke semua pemilik suara. Di sinilah kecerdikan itu.  Alhasil dengan kecerdikan seperti itu Pak RW Idrus sanggup menumbangkan penantang politiknya yang kuat secara finansial dan network.

Manuver politik petinggi Partai Demokrat ibarat hendak meniru jejak kecerdikan Pak RW Idrus dalam sinetron PPT. Sekadar catatan popularitas Partai Demokrat di mata publik jelas sedang melorot. Berbagai kasus korupsi melilit para kader makin memperburuk posisi Demokrat di mata publik. Belum lagi harus menghadapi elektabilitas capres tetangga sebelah yang demikian menjulang.

Dalam konteks ini kecerdikan politik adalah suatu keniscayaan. Tahun 2004 kemenangan Demokrat wabil khusus SBY sebagai ikonnya ke puncak posisi eksekutif sebagai presiden adalah berkat politik Imaji. Senjata sebagai pribadi yang terzalimi mengantarkan SBY ke puncak posisi RI.

Kini senjata pamungkas itu sepertinya hendak diandalkan. Imaji sebagai pribadi yang terzalimi. Bahkan secara tersurat SBY tak segan-segan kerap mengaku sebagai terzalimi. Terakhir SBY menyatakan sering kali menjadi korban pers.

SMS yang disebut-sebut berasal Presiden SBY menanggapi sepak terjang PPI yang dibentuk mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum bisa pula dibaca dalam konteks ini. Presiden SBY mengaku 3 tahun berdiam diri menahan diri dari segala manuver Anas Urbaningrum. Tidak meladeni manuver-manuver itu. Konklusinya adalah apakah politik imaji ini kembali menuai hasil.  Kita lihat saja kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun