Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membumikan Trisatya dan Dasa Dharma Pramuka

13 Agustus 2016   08:51 Diperbarui: 13 Agustus 2016   09:09 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap anggota Praja Muda Karana (Pramuka), tentu sangat familier dengan Hymne Pramuka berikut:

Kami pramuka Indonesia
Manusia Pancasila
Satyaku kudharmakan
Dharmaku kubaktikan
Agar jaya Indonesia
Indonesia tanah airku
Aku jadi pandumu

Kiprah pertamaku di pramuka dimulai saat kelas 2 SD bergabung di SAKA Taruna Bumi, latihannya di depan rumah dinas Direktur PG Jatibarang Brebes yang sekarang dijadikan obyek wisata Besaran di depan Pabrik Gula Jatibarang Brebes, dilatih oleh Pak Naryo, Seorang Guru SD. Kebetulan ayah bekerja sebagai supir di Pabrik Gula ini, dan sejak TK saya bersekolah di lingkungan ini, jadi walaupun masih kecil tetapi sudah familier dengan lingkungan tempat latihan. 

Mengikuti perkemahan pertama saat kelas 4 SD sekitar 45 tahun lalu. Waktu itu masa sulit segingga sekolah tidak memiliki tenda untuk kemah, jalan keluarnya adalah membuat tenda dari kain (tapih, jarit) yang biasa dipakai ibu. Setiap anggota regu membawa satu kain, lalu disatukan dengan dijahit tsngan agar mudah dilepas lagi. Tenda tenda dari kain itu tentu tetihat warna warni, bagi kami terada Indsh. Trgisnya, malam itu hijan bedar, segingga jahitan tenda terlepas dan air masuk ke dalsm dimana kami tidur beralaskan tikar. Karena suasana tidak memungkinkan maka kami ahirnya tidur di ruang kelas. 

Meski demikian pada hari Pramuka tahun berikutnya, kami ikut berkemah lagi, saat ini satu kecsmatan, bertemlat di Lapangan Sepak Bola milik Pabrik Gula dimana saya seting diajak ayah menrmani beliau latihan sepak bola bersama team kesebelasan sepak bols itu.  Hujan kembali melanda bumi perkemahan semalaman, namun karena tidak terlalu besar, kami masih bertahan tinggal dj tenda, sampai pagj sehingga kami tidak dpt mrnyiapkan makan pagi. Untuknya, pembina kami Bpk Mashuri (Allah yarham) pagi pagi menjenguk kami dengan membawa jalabia (spt donat dari ketan dengan dilapisi gula jawa,) masih hangat dan mak nyus !

Dari Pak Mashuri pembina pramuka di SD Jatibarang Lor 1 inilah kami belajar hakekat karakter seorang Pramuka . Satu kalimat lengkap yang masih penulis ingat yang selalu ditekankan oleh Pak Mashuri adalah "Kalau sudah pakai kojarsena (seragam pramuka) lengkap dengan asduk (dasi pramuka) tapi ada orang jatuh tidak menolong, maka itu bukan Pramuka"  Fikiran saya saat itu memahami jadi Pramuka ya harus siap menolong. Pemahaman ini terus mengalami pengayaan sejalan dengan aktivitas saya di Pramuka. 

Keterlibatan aktif di Pramuka terus dilakukan hingga di bangku SMA. Ada moment menarik saat SMP yakni untuk menyambut Jambore Nasional di Sibolangit kami yang saat itu sudah Penggalang menyelenggarakan Itajamnas, ikut serta Jambore Nasional. Seluruh siswz di SMP Negeri 2_Brebes berkemah di lapangan Pabrik gula Banjaratma. Pas Jurit malam masuk di kuburan untuk diuji mental kami. Walaupun sudah tahu kalau ada apa apa itu sekedar permainan, tetapi pas ada pcong yang tiba tiba nongol tetap saja ketakutan dan lari tunggsng langgang, ahibatnya kaos kakj sepak bols ayah entah lari kemana sebab waktu masuk kuburan sepatu dan kaos kaki harus dicopot. Pada Itajamnas ini, makanan non beras yang dilombakan produk kami menjadi pemenang 

Waktu pun berjalan, saat menjadi guru, karena pramuka adalah eksschool wajib di SMA Islam Bumiayu Brebes Jawa Tengah, maka semua guru adalah pembina Pramuka, namun dalam aktivitas latihan tetap ada  pelatih gugus hanya beberapa orang yang berasal dari SAKA Bhayangkara, SAKA yang sama saat penulis di SMAN 1 Brebes. Dalam berbagai kegiatan  pembinaan pramuka,  penulis sangat terisnpirasi dengan apa yang ditekankan  oleh Pak Mashuri, pembina Pramuka saat kami  pada level Siaga, tentu saja telah mengalami pengayaan makna.

Intinya sebagai anggota Pramuka, sudah seharusnya kita benar-benar mengamalkan Trisatya dan Dasa Dharma, Satyaku kudharmakan, Dharmaku kubaktikan, sehingga Jaya Indonesia terwujud. Karena Pramuka adalah Pandu Indonesia, Pandu Ibu Pertiwi. Kita semua jadi Pandu Ibuku, untuk Indonesia raya. 

Salam Pramuka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun