[caption id="attachment_319568" align="aligncenter" width="300" caption="MAHFUDZ MD DAN PENULIS, KAHMI ANIVERSARY "][/caption]
Pemilihan anggota Legislatif telah usai, meski hasii resmi belum dikeluarkan oleh KPU, namun hasil Qiuck Count barangkali dapat digunakan sebagai ancang-ancang untuk lengkah berikutnya, menggalang kekuatan untuk pemilihan presiden (Pilpres) . Kualisi yang mungkn terjadi bisa saja banyak variasiny, namun demikian karena hampir semua partai Islam mengangkat “sentimen” Islam, dalam kampanye, alangkah indahnya jika partai partai islam dan partai berbasis umat Islam melanjutkan koalisi Ideologis sehingga dapat diperoleh kepemimpinan Islam sebagaimana dikampanyekan selama ini. Sudah seharusnya, para elit politik Islam harus lebih memberi tauladan dengan memu meilih kualisi dengan "spirit keislaman" dibandingkan dengan berkualisi dengan spirit lainnya.
Kualisi Ideologis sebagaimana pernah digagas oleh keluarga besar PII beberapa waktu lalu menjelang muslim kampanye terbuka dan menjadi wacana di akar rumput, sangat potensial untuk menghantarkan pemimpin Islam sebagai RI I dan RI 2. Jika dilihat dari hasil quick count maka modal dassar suara kualisi ini sekitar 35 % dan dipimpin PKB dan PAN sebagai peraih suara tertinggi dari kualisi ini. Kolaisi ini dapat mengusung MAHARAJA, Mahfudz MD dan Hatta Rajasa sebagai Capres dan cawapresnya.
Pasangan MAHARAJA menjadi pasangan Ideal Kepemimpinan islam mengingat pasangan ini berlatar belakang organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Mahfudz berlatar belakang nahdliyin dan Hatta Rajasa berlatar belakang Muhammadiyah. Dengan dukungan partai-partai Islam (PPP dan PBB) sertai partai berbasis umat Islam (PKS) diharapkan mampu muncul sebagai pemenang menghadapi koalisi lain (PDIP - PD-PPKPI sekitar 31 %) maupun kualis1 “Soeharto Connection” ( Gerindra, Golkar, Nasdem, Hanura sekitar 34 %).
Kualisi Ideologis ini juka dapat gijadikan buffer akan kekhawatiran sebagian umat Islam Ibu Kota yang tida sepenuhnya rela dipimpin Ahok dengan mengembalikan Jokowi menjadi Gubernur DKI karena gagal masuk ke putaran 2. Pertimbangan ini menjadi penting, sekali lagi terkait dengan “snitimen kemusliman’ yang menjadi salah satu senjata kampanye partai-partai Islam danpartai-partai berbasis Umat Islam sebagaimana kita semua menyaksikannya bukan hanya di panggung-panggung kampanye tetapi juga panggung-panggung khutbah di mesjid-mesjid, termasuk essensi fatwa MUI.
Kualisi ini juga selayaknya diorientasikan untuk tidak sekedar menghadapi pilpres 2014, tetapi juga untuk membangun “tatanan Politik” berjama’ah dari kaum muslimin untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara bersama-sama, sehingga terwujud Indonesia dalam cita bersama yakni baldatun toyyibatun warobbun ghofur. 68 tahu umat Islam telah menjalankan kebebasan bersama melalui firkoh-firkoh politiknya, akan menjadi sangat indah jika kita bersama-sama mau berubah, dengan menundukkan hati kita masing-masing untuk ta’awun bilbirri wattaqwa melalui kehidupan politik umat.
Dan Pilpres 2014 ini menjadi momentum yang penting bagi kita semua, apakah kita mau bersama tunduk dan kompak dalam satu gerakan umat, atau kita lebih memilih “pihak-pihak” yang dianggap lebih kuat untuk menggantungkan harapan kita. Semua tergantung pada kesadaran hati elit-elit politik. Jika pilihan kita adalah lebih memilih kualisi ideologis, maka Dukungan terhadap pasangan MAHARAJA, Mahfudz MD - Hatta Rajasa (Susunan Capres-cawapres bisa berubah sesuai hasil pileg) tentu akan menjadi opsi yang perlu segera kita tindak lanjuti agar kita semua dapat segera merapatkan barisan dan melangkah dalam derap serentak dalam satu panduan ; Allaaaaaaaaaaaahu Akbar !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H