Memperhatikan kemacetan sepanjang tol yang terbentng antara Cirebon - Brebes Timur, yang mengular bagaikan tembok raksasa, dengan hendaraan yang meraung-raung yang sudah pasti “mengejankan” emisi hasil pembakaran bahan bakar, maka terlintas dalam fikran penlis adalah dampak bukan hanya dari emisi gas dan partikulat kendaraan, tetapi deretan kendaraan yang membentuk seolah tembok raksasa sudah pasti akan berpengarah bagi aliran Angin kumbang.
Seperti kita ketahui bahwa angin kumbang terjadi karena daerah bayangan hujan pada bagian atas pegunungan terdapat angin yang meluncur menuruni pegunungan tersebut dengan kecepatan tinggi. angin memiliki karakteristik jika turun 100 m maka suhunya naik 1 derajat celsius. jika angin itu sudah sampai bawah pegunungan maka angin itu akan kering dan panas. Angin kumbang dibutuhkan untuk tanaman bawang.
Ribuan hektar tanaman bawang di wilayah Brebes membutuhkan hembusan angin kencang dan panas-kering untuk mengusir hama serta meningkatkan kesehatan tanaman Bawang. Produksi bawang akan meningkat dalam produksi paling bagus dalam siklusnya, ketika angin kumbang sedang bertiup maksimal. Angin ini disebut sebagai angin kumbang oleh masyarakat Brebes dikarenakan angin ini berhembus dari lereng gunung Kumbang. Pada saat musim kemaray terutama Juli - Agustus hembusannya cocok untuk tanaman bawang merah,
Seperti kita pahami bahwa kuat atau lemahnya hembusan angin ditentukan oleh besarnya kelandaian tekanan udara atau dengan kata lain kecepatan angin sebanding dengan kelandaian tekanan udaranya. Disamping kelandaian tekanan, gerak angin ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti pengaruh rotasi bumi dan gaya gesek (frictional force).
Dapat dipahami angin kumbang yang memasuki wilayah Brebes yang landai, cenderung bergerak dengan kecematan konstan yang menguntungkan bagi hamparan tanaman bawang. Dapat dipahami pula mengularnya kemacitan dapat menjadi pencetus gaya gesek (frictional force) yang tinggi bahakan menmpuknya gas dan partikulat yang meninggi sepanjang “sabuk tol itu” selain bisa menghambat aliran angin kumbang bahkan dapat membokir (seperti membentur) tembok.
Konsekuensinya adalah daerah di utara jalur tol akan kekurangan suplai hembusan angin kumbang, yang mengakibatkan turunnya produksi, bahkan terancam gagal panen karena serangan hama ahibat intensitas angin kumbangnya rendah. Barangkali sekarung daun bawang yang penuh dengan ulat grayak yang diberikan kepada Presiden Jokowi saat berkubjung ke Brebes perlu direnungkan lebih jauh. Apabila produksi bawang turun bahkan gagal panen, jelas akan mengancam PAD kabupaten Brebes.
Selain ancaman terhadap sumber PAD dari terganggunya sirkulasi Angin Kumbang, taburan partikulat terutama Pb (timbal, timah hitam) akan berdampak serius jika kemudian memasuki rantai makanan melalui residu di umbi bawang itu sendiri. Timah hitam ini terdapat paa senyawa organometalik yakni timbal tetra etil (TEL), yang ditambahkan pada bahan bakar sebagai antiknocking atau anti ketukan pada mesin sehingga mesin bekerja nyaris tak terdengar.
Dampak dari timbal terhadap kesehatan adalah sebagai partikulat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik atau sebagai penyebab kanker. Pb juga sebagai mutagen atau subtaansi yang dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu yang lama dan tokisisitasnya yang tidak berubah. Pada kenyataannya yimbal dapat mencemari udara, tanah, air, tumbuhan, hewan dan bahkan manusia. zat ini masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui pencernaan bersamaan dengan tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia seperti padi, teh, dan sayur-sayuran sudah barang tentu pertikulat ini juga potensial masuk ke dalam tanaman bawang.
Fakta menunjukan bahwa beberapa jenis sayuran yang ditanam di pinggir jalan di kota besar mengakumulasi timbal di daunnya. Selain melalui pencernaan, Partikulat timah hitam yang lembut ini masuk ke tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Timbal yang akan diserap oleh paru-paru berkisar antara 25-50%. Hal ini dikarenakan ukurannya yang lembut (< 0,5μm) sehingga lebih mudah diserap oleh alveoli paru. Residu Pb ini tentu tidak sekedar sepanjang jalur tola tetapi dapat mencapai daerah yang luas seluas hembusan angin kubang itu sendiri.
Tentu saja yang penulis paparkan baru sekedar hipotetik teoritik, perlu dikaji serius terkait dengan pengaruh keberadaan sabuk tol yang bisa menjadi barier bagi hembusan angin kumbang yang berkonsekuaensi mengancam PAD Kabupaten Brebes, dan kajian ecplosure residu Pb pada umbi bwangnya, mengingat dampak dari polutan Pb sangat serius.Residu Pb ini tentu tidak sekedar sepanjang jalur tola tetapi dapat mencapai daerah yang luas seluas hembusan angin kubang itu sendiri.
Sebagai putra Brebes tentunya penulis tidak berharap hal itu terjadi. Kepriben kiye sadulur Ikam?