Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Habis Sebelum Waktunya

22 Juni 2016   17:47 Diperbarui: 22 Juni 2016   18:06 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perpecahan teman Ahok, akan menghasilkan efek domino bagi nasib Ahok yakni Ahok habis sebelum waktunya. Pada kompasiana edis 13 Juni 2016 dengan judul "Ahok  Harus Jaga Etika" penulis paparkan sebagai berikut : "

"Jika hal ini terjadi sangat riskan dalam verifikasi dukungan, karena boleh jadi penyumbang KTP itu justru berbalik menyampaikan bahwa itu dukungan palsu. KOnsekuensi dari hal ini adalah bisa saja pencalonan Ahok akan terganjal saat verifikasi dukungan. Dampak itu akan semakin dahsyat apabila mereka yang menarik dukungan menblow upnya di sosial media, ...seperti apa yang terjadi beberapa waktu lalu, ketika ada seorang yang mengunggah keheranannya mengapa KTP nya ada di teman ahok. 

Dampak lain yang tidak kalah penting adalah, adanya anggapan bahwa Ahok menelan ludah sendiri, satu hal yang pantang dilakukan oleh seorang pemimpin bermoral. Beralihnya Ahok ke jalur Partai, akan semakin meneguhkan bahwa Ahok adalah tipikal figur Oportunis , sebagaimana tulisan kami berjudul "Ahok, Tipikal Pemimpin Oportunis" kompasiana, edisi 9 Maret 2016.  Atau tulisan kami berjudul "Ahok Jilat Ludah Sendiri Karena Panik?" di Kompasiana, edisi 27 maret 2016. Sayangnya, ada kesan sepertinya Ahok terkena paranoid, apa yang pernah diungkapkannya, seakan tidak disadari sebagai sesuatu hal yang tidak pernah diungkapkan. Jika kesan ini ditangkap oleh calon pemilih, maka bisa-bisa Ahok habis sebelum waktunya"

Berita yang terkait dengan konferensi pers yang menyatakan "Teman Ahok Membeli KTP" dari kelurahan dan konter-konter, adalah bagian dari efek domino dari perpecahan teman Ahok. Seperti kami paparkan sebelumnya, terbukanya "wadhi" (terbukanya rahasia) adala kelompok idealis dan kelompok pragmatis yang berbeda prinsip dalam mengusung Ahok, yang pragmatis prinsipnya "Pokoke Ahok Gubernur" entah apa deal-dealnya dengan Ahok, sedang kelompok idealis menginginkan "gubernur yang tidak dikerangkeng kerjanya", yang mereka anggap itu ada pada Ahok, dan dalam berbagai  kesempatan penulis sampaikan bahwa "Teman Ahok (kelompok Idealis) salah menilai Ahok, sebab dalam perjalanan politiknya Ahok menunjukan sebagai figur oportunis, bukan figur idealis, Naiknya Ahok ke kancah nasional (menjadi DPR dari Golkar) tidak lepas dari sponsor 500 juta yang diberikan oleh Bos Podomoro, yang kemudian hari diberi kemudahan surat izin terkait Reklamasi. 

Ketika tercapainya KTP dukungan, baru mencapai 500 ribuan setelah berbulan-bulan mengumpulin KTP dukungan (Bandingkan dengan 2 Juta dukungan untuk Eggi Sudjana saat Nyagub di Jawa Timur yang diperolehnya hanya dalam waktu singkat) Ahok mulai bermanuver ke partai-partai termasuk PDIP sehingga walaupun tidak diundang dalam peluncuran buku Megawati Ahok tetap datang, yang penulis baca sebagai upaya mendekati PDIP sebagai partai dominan di DKI, dan penulis yakin Megawati yang karakternya tegas tidak  akan berubah pendiriannya penulis ungkapkan sebagai "Kepanikan Ahok sehingga Menelan Ludah Sendiri" dengan upaya mencari dukungan partai satu hal yang telah dilecehkannya. (baca : Ahok Menelan Ludah Sendiri Karena Panik ?"). 

Penulis melihat, kepanikan itu juga dirasakan oleh Teman Ahok, sudah barang tentu dari kelompok yang "Pokoke AHok Gubernur", entah ada "upeti apa nantinya", yang berdasar laporan yang diupload di sosial media menunjukan grafik yang kenaikannya dari minggu ke minggu tidak tajam, dan fakta bahwaboth both teman Ahok dari fotonya nampak sepi, dan hanya upload dukungan orang perorang, haal inilah yang mungkin mengahibatkan "kelompok Pragmatis" dari Teman Ahok melaakukan blunder. dan dalam waktu yang tidak lama setelah mengadakan makan-makan atas terlampauinya angka dukungan 500 ribu, sekitar 2 bulan, jauh lebih cepat dari pengumpulan yang dilakukan sepuluh bulan sebelumnya.

 Periode inilah yang mungkin dilakukannya blunder oleh "kelompok pragmatis" sebab pada periode ini juga disamapaikan penolakan PDIP atas Ahok munculnya moratorium, dan fakta kekalahan-kekallah Ahok di berbagai PTUN atas tuntutan masyarakat yang semuanya semakin membuat elektabilitas Ahok terjun bebas. (Baca tulisan kami : Ahok Makin Buram, Ahok Tok Tok Tok dll). Ditambah dengan status hukum Ahok terkait dengan kasus sumber waras dan reklamasi yang disoroti oleh masyarakat dan ahli hukum yang sesungguhnya "ceto welo-welo" tentu sanagt membuat  sebagian Teman Ahok sangat panik dan yang pragmatis sudah barang tentu mengambil langkah apa saja "pokoke Ahok Gubernur" 

Dengan terbukanya kasus pembelian KTP dan terakhir KPK setelah didesak berbagai pihak agara menjalankan hasil audit BKP sebagai amanat konstitusi, Ahok semakin terpuruk. Dengan ancaman melanggar konstitusi, maka sekalipun Ahok diback up oleh presiden, maka jelas posisi pemback up juga sangat terancam. Penulis sering katakan bahwa "Ahok jangan Menginjak-nginjak Konstitusi" dengan melecehkan hasil audit BPK yang bersifat final. Oleh karena itu serangkaian nperistiwa terakhir, boleh jadi akan menjadi "pisau geluit" yang akan mengahiri perjalanan Ahok dalam pencalonannya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun