Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok "Dibesarkan" Kompetitornya?

25 Maret 2016   06:46 Diperbarui: 25 Maret 2016   08:48 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengamati kondisi perpolitikan Jakarta menjelangb Pilkada 2017 nanti, suhu perpolitikan semakin tinggi. Kondisi itu bagi sebagian pelaku politik yang kurang memiliki Endurance emosi maka suhu politik menggiringnya ke arah tindakan-tindakan, langkah-langkah politik yang sangat emosional dan irrasional. Banyak yang berjalan bukan di jalur strategi pemenangan pilkada, namun justru terpeleset pada jurang emosional karena bertindak responsif terhadap manuver-manuver kompetitornya.  Akhibatnya, kompetitornya justru mendapat keuntungan dari situasi itu, dan terus melakukan manuver-manuver yang memungkinkan dirinya dibesarkan oleh Kompetitornya. Dan Ahok, adalah kandidat yang "dibesarkan" oleh perilaku kompetitornya. 

Kompetitor Ahok memposisikan Ahok seakan  Kandidat Tidak Terkalahkan, atau paling tidak sulit dikalahkan. Sulit dikalahkan bukan berarti tidak bisa dikalahkan  Bentuk dari kesalahan menanggapik kondisi Ahok ini adalah sikap emosional, yang berupa "patah Arang Perjuangan". Expresi dari kondisi ini adalah munculnya kontra isue yang berupa senimen-sentimen priomordial atau sintimen SARA yang justru memposisikan Ahok pada pihak yang "terkuya-Kuya". Jelas, dengan diposisikannya Ahok pada pihak yang dikuya-kuya, justru meningkatkan simpatik masyarakat, dan dukungan kian mengalir.

Untunglah, catatan penulis tentang hal itu rupanya cukup mendapat respon, dan kita dapat melihat, di media massa maupun mass media, kampanye dari kompetitor Ahok yang berupa sintimen-entimen primordial sudah berkurang, dan kita dapat melihat perkembangan posisi Ahok sendiri yang sudah berkurang kuya-kuyanya, berkurang pula simpatik yang diberikan kepadanya. Manuver Ahok datang ke peluncuran buku Megawati yang konon sebenarnya Ahok tidak diundang, justru mendapat tanggapan kurang mengenakkan. Sindiran Megawati "Gubernur datang, pasti ada sampingannya" bener-benar telak menyobek janung harapan Ahok. Pendukung Ahok yang mencoba mblow up isue kehadiran Ahok di peluncuran buku Megawati, bahkan dipelintir seolah PDIP akan mendukung Ahok, tidak mendapat tanggapan oleh netter terutamanya.

Kehadiran Ahok ke peluncuran Buku Megawati meski tidak diundang penulis sebut sebagai manuver sesab penulis yakin, Ahok masih sangat berharap dukungan PDIP sebagai partai terbesar di DKI. Ini sangat relevan dengan apa yang diungkapkan oleh Butet K yang intinya menyakan kurang lebih "meski sibuk Ahok kembali ke ibunya", Ahok ingin dianggap anak oleh Megawati, dan PDIP sebagai induk politiknya. Namun demikian kita semua tahu, kalau Megawati sudah menyatakan tidak yang tidak akan berubah menjadi ya. Dan sebagai partai besar, jelas PDIP sudah seayaknya tidak boleh diremehkan, Ahok yang telah lacut dengan ucapannya, Parpol tidak menyejahterakan rakyat, jelas menampar PDIP sebagai partai terdepan, yang mengedepankan jiwa kerakyatan. Kita dapat memahami jika PDIP tidak akan pernah mengusung Ahok. Meskipun Ahok terus menunjukan hubungannya dengan Megawati tetap baik. Kehadiran Ahok bisa dipahami "ada sampingannya" sesuai ungkapan Megawati, bisa dilihat dari sikap Ahok yang terkesan Patah Arang setelah kehadirannya disambut biasa-biasa saja bahkan disindir Megawati dengan halaus, hal ini dapat tercermin dari ungkapan Ahok sendiri "Strategy Megawati sulit dimengerti". 

Kisah kehadiran Ahok pada peluncuran Buku Megawati penulis paparkan disini dengan maksud menggambarkan bahwa sebenarnya kalau manuver-manuver Ahok tidak ditanggapi, justru Ahok sendiri yang akan patah Arang. Namun ketika manuver-manuver itu ditanggapi, blow up oleh team pendukungnya disambut gempita oleh team kompetotornya, maka pada saat itulah Ahok "dibesarkan kompetitornya". Walau demikian bukan berarti manuver Ahok harus dibiarkan begitu saja, namun perlu juga "kontra manuver" dilakukan apabila hal itu akan menaikkan bargaining kompetitor itu sendiri, atau paling tidak menetralisir. 

Di masyarakat umum, yang berkembang adalah isue bahwa Ahok sukses, tegas, Anti korupsi dan pemimpin masa depan. Kompetitor harus menggarap kotra isue itu dengan rapih dah strategyis. Tunjukan sukses dimana ? sebagai misala sukses menertibkan DAS dari pemukiman kumuh yang menyebabkan banjir, itu iya, tetapai apakah Ahok melakukan pemberesan bangunan mewah yang menempati daerah resapan (termasuk rumahnya di PIK) sebagai bagian dari penyebab banjir ? Tentang Ani Korupsi, yang Ahok lakukan hingga memanggil para pelajarke Balaikota, apakah benar Anti Korupsi itu monopoli Ahok ? biukan kah itu adalah tutntutan reformasi ? dan waktu itu Ahok juga ada di Golkar ? 

Ahok tegas, pemimpin Masa depan, apa benar apa yang ditunjukan oleh Ahok selama ini ketegasan ? bukankah itu sebuah kekasaran ? Yang justru jika dilihat dari perspektif pembangunan karakter bangsa (Nation Character Building) dimana bangsa kita adalah santun, sopan, berbudaya, justru yang ditunjukan Ahok adalah sangat bertentangan ? JUga tentang pemimpin masa depan, coba krtisi, apakaha benar karakteristik kepemimpinan Ahok adalah karakteristik kepemimpinan masa depan ? Silakan pembaca bisa membuka 3 tulisan kami terakhir, Pemimpin Yang Ber-SNI yang ditulis secara bersambung. 

Para kompetitor harus dapat menyampaikan kepada calon pemilih berbagai kontra uisue yang ada dengan bahasa pemilih. Diantara target Ahok dalam menggarap pangsa pemilih adalah pemilih pemula dan pemilih di Grey Area (Floating mass) yang belum memiliki keterkaitan kekaderan dengan partai manapun. Oleh karena itu, disampin harus menjalankan kontra isue dengan baik, upaya pengkaderan partai politik kepada generasai muda terutama pemilih pemula harus dilakukan secara kondusif   Melalui berbagai upaya itulah Ahok dapat dikalahkan, dan jika hal itu dilakukan sesegera mungkin, maka tidak menutup kemungkinan Ahok tidak memenuhi syarat untuk mendaftar karena kurang dukungan bisa terjadi. Semua tentu terpulang pada usaha dari kompetitor-kompetitor Ahok. 

Ada baiknya Partai-Partai politik bersatu, menghadapi calon nonparpol atau calon dukungan cukong, karena pada hakekatnya, munculnya calon non parpol atau calon dukungan cukong, pada ahirnya akan membunuh partai politik itu sendiri. Buktikan bahwa Calon Parpol adalah calon yang tepat dan layak dipilih. Dan sekali lagi, jangan akukan hal-hal keliru, yang justru akan "memperbesar posisi" cagub pilihan cukong.  

Semoga ada manfaatnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun