Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jokowi "Know How", Prabowo Hampir "Knock Out"

31 Maret 2019   13:13 Diperbarui: 31 Maret 2019   13:23 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebelum debat, team Prabowo berharap debat ke empat yang mengsung tema "ideologi, Pemerintahan, Keamanan dan hubungan Internasional" ini menjadi milik Prabowo. Namun faktanya pada debat terahir itu, apa yang diharapkan berbalik dengan apa yang terjadi. Pada debat keempat justru Prabowo menampakkan karanter aslinya, emosional.

Prabowo hampir KO oleh karakternya sendiri. Sementara itu, dengan lugasnya Jokowi memberikan argumen dengan dasar fakta, dan sangat memahami dengan kekurangan dan apa yang harus dilakukan ke depan, Jokowi sangat "know how", tahu harus bagaimana. Sementara Prabowo sangat puritan, dan hanya menyampaikan secara emosional hopotetisi hipothesis yang dilandasi paradigma lama.  

Pertahanan keamanan Nasional tidak dibangun melalui sartu kelompok elit tertentu tetap merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Pertahanan keamanan Indonesia dibangun di atas kekuatan Hankamrata, pertahanan keamanan rakyat semesta. Melalui konsep hankam rata, rakyat bukan sekedar obyek yang perlu dipwrtahankan terapi rakyat menjadi subyek dalam masalah pertahanan keamanab nasional.

Dengan para digma rakyat sebagai subyek pertahanan keamsna , berarti di salah satu pihak dalam kondisi positif, rakyat bisa berperan menangkal berbagai gangguan ancaman keamamanan nasional, sebaliknya jika tidak dapat membangun sumberdaya manusia yang positif, maka rakyat dapat menadi penyebab terjadinya problem keamaban, dusinegrasi bangsa, bahkan dapat menyebabkan kehancuran bangsa, apilagi jika dimanfaatkan oleh kekuatan asing.

Potensi rakyat menjadi subyek disintegrasi bangsa, dimanapu, terutama disebabkan adanya kesenjangan sosial dalam berbagai bentuknya, terutama terkait dengan kesenjangan ekonomi/kesejahteraan. Oleh karena itu prioritas untuk mencegah terjadinya desintegrasi bangsa yang disebabkan oleh berbagai kesenjangan harus diprioritaskan. Pembagunan infrastruktur adalah salah satu pupihan tepat dari pemetintahan Jokowi.

Apalagi mengingat ancaman keamanan modern bukanlah invasi fisik dari luar seperti yang digamarkan pada film film holywood, tetapi lebih pada "perang fikiran" atau gaswul Fikr, dimana perang ideology termasuk didalamnya, maka prioritas memhangun sumber daya manusia jauh lebih diutamakan dibanding dengan pengadaan peralatan dan persenjataan modern.

Pemetintahan Jokowi yang menetapkan 5 tahun ke depan diprioritadkam untuk mrmbangun sumberdaya manusia, lagi lagi kerupakan prioritas yang cerdas. Paradigma pertahanan rakyat semesta dimana rakyat ikut menjadi subyek, akan menjadi komponen hankam rata yang tangguh jika mereka adalah SDM SDM yang berkualitas. Dan pembangunan SDM berkualitas tidak akan perlah lepas dari terselenggaranya pendidikakn baik dlam keluarga, masyarakat maupun pendidikan formal dan informal yang betkualitas pula. (Baca berbagai pemikiran pebdifikan penulis di kompasiana)

Sistem pendidikan Indonesia haruslah menjadi sistem pendidikan yang berjatidiri Indonesia. Kita tidak perlu meniru apalagi mengcopy paste sistem pemdidikan negara lain yang dasar dan filosofi hidupnya berbeda hanya kareba atribut atribut artificial yang menyesatkan. Kita tidak sekedar menciptakan generasi yang pintar, menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan belaka, lebih dari itu outcome pendidikan Indonesia haruslah SDM berkualitas yang berjatidiri Indonesia, yang berpancasila.

Dengan tuntutan seperti di atas, yang berbeda dengan lain seperti negara yang dianggap baik pendudikannya seperti Finlandia, Kotea srlatan, Jepang dll, betkonsekuensi pada standar isi kurikulum yang betbeda, pengelolaan yang berbeda hingga sistem evalusi dan penilaian yang berbeda pula. Kelas kelas di selolah Indonesia harulah menjadi miniatur Indonesia yang berbineka dalam berbagai bentuknya, dimana terjadi proses pembelajaran yang saling asah, saling asuh dan saling asih didalamnya.

Melalui pendidikan yang membangun krakter Indonesia, Indonesian Character building, diharapkan tercipta insan pembanguan indonesia yang ptofesional dan menjadi patriot bangsa yang siap bela negara, berideoligy pancasila yang sangat pitensial menjadi subyak pertahanan kesmanan yang positif. Jika mereka menjadi profesional profesional di pemerintahan nantinya, mereka dapat menjalanjan pemetintahan yang bersih dan baik. Jika berkecimpung dalam hubungan Internasional mereka akan menhalankanya secara bebas dan aktif untuk kepentingan nadional tentunya.

Untuk membangun SDM yang dekikian. Maka mau tidak mau pembangunan infrastruktur harus dilakukan terlebih dahulu. Dan dengan ketetbatasan dana ysng ada ditsmbah beban cicilan hutang akumulatif masa lalu, mau tihdak mau, suka tidak suka harus disusun dkala ptioritas. Menuntut kenaikkan tanpa mempethatikan skala prioritas, hanya mencerminkan egoisme sektoral, sektarianisme apalagi dengan pertimbangan invasi negara lain benar benar kita dibawa ke era perang dunia II dengan penjajahan fisiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun