Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jadilah Penyuluh Budi Bangsa Ini

25 November 2018   06:18 Diperbarui: 25 November 2018   06:27 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru, berdasar UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab 1 Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Pengertian Guru d atas diperkuat dengan  Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) kewajiban guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. 

Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan "tugas tambahan", misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.

Menilik tiga tupoksi guru yang hanya merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran dengan asumsi peserta didik siap belajar tentu sangat ringan. Para guru tinggal mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dari pendidikan, latihan maupun pengalamannya tugas merencanakan,melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran  yang sesuai kurikulum sangat mudah dilaksanakan. 

Namun ketika Guru Indonesia juga harus mendidik dan berhadapan dengan realita pendidikan yang ada, terutama realitas peserta didik yang tidak sesuai asumsi-asumsi dengan berbagai variasi problematikanya, maka guru harus berhadapan dengan piihan pilihan dilematis. 

Secara sederhana, mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu "Mendidik" dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. "Mendidik" tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values. "Mendidik" diartikan secara utuh, baik matra kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berpribadi.

Pengalaman di kelas maupun dari kasus yang mengemuka secara nasional dengan mudah dapat kita pahami bahwa tantangan utama dunia pendidikan kita adalah bagaimana membina pribadi peserta didik, membangun sikap mental dan ahlak generasim penerus bangsa. Tantangan ini semakin dahsyat dengan contoh negatif yang diberikan oleh para elit yang seakan tidak mengenal jati diri bangsa indonesia. 

Para elit dengan berlindung dibalik baju kebebasan dan demokrasi menampilkan contoh yang membunuh kesopanan, argan, fitnah, perselingkuhan, hoax yang semuanya sangat bertentangan dengan jati diri bangsa Indonesia. 

Jangan heran jika kita menemukan seorang peserta didik berlaku tidak sopan kepada gurunya, menista fisik maupun non fisik dengan alasan kebebasan berekpresi, maupun membantah untuk melakukan tugas-tugas pengembangan dirinya dengan alasan demokratisasi. Pendek kata, Guru Indonesia saat ini  dipanggil untuk transfer of values lebih dahulu ketimbang transfers of knowledge. 

Guru Guru Indonesia saat ini harus lebih berperan untuk menjadi para Penyuluh Budhi. Dalam terminologi Sartono (hymne Guru) para guru saat ini harus berperan menjadi "pelita dalam kegelapan" menjadi "embun penyejuk dalam kehausan" 

Penulis sangat yakin jika masalah sikap mental, nilai-nilai jati diri bangsa yang adiluhung telah tertanam, ketika para peserta didik telah menjadi "murid yang Budiman" , maka belajar penuh semangat dengan rajin, akan dilakukan oleh setiap peserta didik Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun