Hari-hari ini hingga asampai satu minggu ke depan putera-puteri kita peserta didik SMA menempuh ujian sekolah berstandar nasional (USBN). Penulis mengucapkan selamat menempuh USBN semoga dapat menjalankannya dengan penuh integritas,kejujuran,percaya diri , tidak terjebak pada hal-hal yang tidak patut dilakkan, dan tentu saja semoga sukses yang sejatiÂ
Sebagaimana telah diketahu secara umum, bahwa komposisi soal USBN adalah 75 % soal yang dibuat oleh guru dan 25 % soal dibuat dari pusat. Artinya jika pada sebuah mata uji terdapat 40 butir soal, maka komposisinya menjadi 30 soal dibuat oleh guru dan 10 soal lainnya dibuat oleh pusat. Soal yang dibuat oleh pusat itu disebut sebagai soal anchor (Anchor item) yang berfungsi sebagai pengendali.Â
Anchor item adalah butir-butir soal yang sama di beberapa perangkat tes dan berbaur dengan butir yang nonanchor. Anchor item harus menggambarkan miniatur tes yang disetarakan dan item tersebut relatif berada pada nomor urut yang sama, baik pada naskah tes yang pertama maupun naskah tes lainnya.Â
Menurut Livingston sebagaimana dikutip oleh Hayati dan Mardapi (2014) menyatakan bahwa pertanyaan yang dimasukkan dalam butir anchor harus menggambarkan secara lengkap tingkat kesukaran dari butir soal, dikarenakan hasil equiting tidak dapat tepat jika hanya memasukkan soal yang memiliki tingkat kesulitan tinggi atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah. Sementara itu, jumlah anchor item disarankan 20% dari panjang tes untuk model tes yang diskor secara dikotomus (Kolen & Brennan, 2014).
Dalam pandangan penulis dilihat dari sisi praktis, soal ancjor ini juga berfungsi sebagai bimbingan "guidance' bagi guru dalam menyusun soal-soal USBNnya. Dengan demikian, diperoleh soal USBN yang kualitasnya setara dengansoal Anchornya bari sisi tingkat (level) kognisi yang terbagi pada Level 1 (pengetahuan dan pemahaman, dalam taxonomi Bloom C1 dan C2), Level aplikasi atau penerapan (L2) dulu C3 (Bloom) dan L3, tingkat penalaran yang dalam taxonomi Blomm terdiri dari C4,C5 dan C6.Â
Disamping peningkatan kualitas soal dilihat dari level kognisinya, soal anchor juga bergfungsi dalam mengendalikan, memnadu dan meningkatkan kualitas soal USBN dalam orde berfikir peserta didik. Yang secara sederhana dibagi kedalam Orde berfikir tingkat rendah, Low Order Thingking (LOT), Orde berfikir menengah, Medium Order Thnking (MOT) dan Orde berfikir tingkat tinggi, High Order Thinking (HOT).Â
Dengan melihat contoh soal anchor terkait dengan tingkat kognisi dan order berfikir itu, para guru dapat membuat soal non anchor sejumlah 75 % lainnya untuk USBN di sekolahnya dengan lebih baik. Guru tinggal menerapkan pola atau model soal anchor ke dalam soal-soal dari materi lain yang ada pada kisi atau SKL (standar kompetensi lulusan) dari USBN di sekolahnya.Â
Sayangnya, sejauh pengamatan penulis, soal anchor dari pusat ini diterima guru dalam waktu yang cukup terlambat, sehingga para guru yang pada umumnya sudah meranyusun soal USBN mengalami cukup kendala untuk menyesuaikannya, mengingat guru juga pada saat yang sama harus menyelesaikan beban kurikulumnya, penilaian ahir tahun kelas 12, mengolah nilai ujian praktek dll.Â
Kendala lebih lanjut adalah bagi guru penelaah soal, dimana perakitan yang telah ditambah item anchor diterima sangat mepet sehingga penelaahan soal yang ideal yang setara dengan soal anchor untuk dua paket soal USBN utama dan USBN susulan tidak optimal.Â
Dengan kondisi yang serba mepet tersebut sejauh pengamatan penulis sebagai penelaah soal melihat masih terdapatnya sebaran yang kurang merata dimana terdapat overlap kompetensi uji, konstruski soal yang kurang pasatau berabagi kelemahan lainnya tanpa harus dapat mengoreksi karena sudah harus naik cetak dan packing.Â
Potensi laian adalah, sebagailmana ketentuan item Anchor yang harus berbaur dengan non anchor dimana nomor soal anchor sesuai dengan yang ditetapkan pusat aratinya tersajikan pada nomor yang sama di setiap ;peragkat soal USBN sekolah-sekolah yang ada, maka potensi kebocoran masal pada soal-soal anchor sangat besar.