Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Setya Novanto Depresi?

23 November 2017   08:58 Diperbarui: 23 November 2017   15:35 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat ekspresi, tatapan mata, gestur atau pun keluhan-keluhan yang Setnov ungkapkan melalui tayangan media, dimana Setya Novanto merasa sakit, nampak lelah, dan konon tidur terus, boleh jadi Setya Novanto saat ini menderita apa yang disebut sebagai  depresi. Namun demikian benar tidaknya Setya Novanto mengalami depresi sudah tentu tergaantung hasil pemeriksaan  ahlinya. Oleh karena itu  nampaknya KPK disamping perlu menyediakan fasilitas kesehatan fisik bagi Setnov Juga perlu memberikan fasilitas kesehatan psikis bagi pejabat negara yang sedang dalam tahanan KPK ini.

Perlu disampaikan tentang apa yang dimaksud depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang terjadi sedikitnya selama dua minggu atau lebih yang memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati (mood) dan cara menghadapi aktivitas sehari-hari. Ketika mengalami depresi kita akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan, tidak punya motivasi untuk beraktivitas, kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang dulunya menghibur, dan menyalahkan diri sendiri.

Telah dimahfumi bahwa tidak ada satu pun penyebab depresi secara spesifik. Depresi terpicu ahibat kombinasi berbagai faktor, yakni genetik, biologis, lingkungan dan faktor psikologis. Jika di dalam riwayat kesehatan keluarga seseorang terdapat orang yang menderita depresi, maka terdapat kecenderungan bagi yang bersangkutan  untuk mengalami depresi  juga. 


Diantara faktor- faktor yang bisa memicu terjadinya depresi antara lain: Pertama, kejadian tragis atau signifikan seperti kehilangan seseorang atau pun pekerjaan; Kehamilan dan/atau melahirkan; Masalah keuangan.; Terisolasi secara sosial; Trauma masa kecil. Ketergantungan terhadap narkoba dan/atau alkohol. Dari faktor faktor ini nampaknya faktor kejadian tragis/signifikan ditahannya Setnov oleh KPK sebagaimana diakui oleh Setnov bahwa dia kaget, terisolasi secara sosial dalam makna spesifik pasca diburu oleh KPK dan mengalami kecelakaan yang juga menjadi "candaan" masyarakat mungkin menjadi pemicu terjadinya depresi pada Setya Novanto. 


Sudah barang tentu  disamping hal-hal di atas, beberapa kondisi medis yang berlangsung lama dan mengancam hidup juga bisa memicu depresi pada penderitanya, seperti penyakit jantung koroner, atau kanker. Kelenjar tiroid yang kurang aktif, atau cedera kepala minor yang merusak kelenjar kecil basal otak (pituitary gland) bisa menimbulkan beberapa gejala seperti sangat kelelahan dan kehilangan libido, keadaan ini yang kemudian dapat menimbulkan depresi. Kita semua mendapat informasi, sebelum keputusan praperadilan pertama, Setnov dirawat karena sakit, bahkan ada gambaran harus operas daerah otak, jadi sangat mungkin sakit berat yang diderita Setnov bisa memicu Setnov mengalami depresi. 

Merujuk apa yang disampaikan oleh WHO, paling tidak ada sekitar 350 juta orang di seluruh dunia mengalami depresi dan lebih dari 800 ribu orang meninggal bunuh diri akibat depresi. Masih banyak penderita depresi yang tidak mengakui kondisi mereka, sehingga tidak pernah ditangani atau setidaknya dibicarakan. Depresi lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Sedangkan di Indonesia sendiri, penyebab kematian akibat depresi menduduki peringkat ke delapan dengan menyumbang 3 persen dari total angka kematian.

Beberapa gejala mungkin terjadi pada penderita depresi. Gejala dan juga pengaruh depresi berbeda-beda pada berbagai orang. Orang yang berbeda memiliki gejala-gejala yang berbeda pula. Berikut ini adalah beberapa gejala psikologis yang muncul akibat depresi adalah : Merasa sedih/murung atau "kosong"; Merasa putus asa, mudah tersinggung, cemas, atau merasa bersalah; Kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya menjadi hobi, Merasa sangat lelah, Tidak bisa berkonsentrasi atau mengingat rincian, Tidak bisa tidur atau tidur terlalu banyak, Makan terlalu banyak atau tidak ada selera untuk makan sama sekali; Memikirkan bunuh diri atau berusaha untuk bunuh diri.Nyeri, sakit kepala, kram atau ada masalah pencernaan. Tidur terlalu banyak barangkali adalah gejala dominan yang menimpa Setya Novanto, hal ini sebagaimana diberitakan bahwa Setya Novanto banyak tidur,

Sekali lagi, sangat memerlukan diagnosa dan penanganan dari ahlinya untuk memastikan kondisi mental Setnov, namun jika tanpa penanganan dan pengobatan yang tepat, depresi bisa mengganggu hubungan dengan orang di sekitar penderita. Untuk depresi yang berat atau parah, depresi bisa berakibat pada hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri.. Ketika merasakan beberapa gejala depresi yang dialami hampir seharian dan berlangsung setiap hari selama dua minggu, segera temui dokter agar proses pemulihan bisa dimulai dan dilakukan sepenuhnya. Mungkin saat ini Setya Novanto masih dalam taraf depresi ringan, namun jika dibiarkan bisa saja berkembang menjadi masalah serius, padahal Setya Novanto memegang peran kunci dalam masalah mega korupsi E-KTP.

Jika Setnov benar sakit dan depresi, Maka apakah bijak, jika kita terus menuntut Setnov memikul amanat berat sebagai Ketua DPR RI  ? Barangkali  sikap bijak  dari keluarga, partai, MKD dan kita semua agar Setnov fokus menghadapi kasus hukumnya dan membebaskannya dari tanggung jawabnya sebagai ketua DPR (dinon aktifkan) sangat perlu dilakukan. Namun tentu saja, semua itu sangat tergantung dari pemeriksaan dari ahlinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun