Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiang Listrik Pun Akan Berbicara dengan Fakta!

17 November 2017   16:21 Diperbarui: 18 November 2017   07:00 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebenarnya, saya hanya memberi komentar atas status FB akhi Lamandau yang ditulis pada dini hari , pukul 02.00 tanggal 16 Nopember 2017 berikut : Orang Hilang : Sampai jam 02.00 dini hari, telah hilang seorang bernama Setya Novanto, pekerjaan Ketua DPR" terkait dengan hal tersebut, penulis berkomentar "Yang itu nyarinya gampang, paling ya di Rumah Sakit Elit" ,

Komentar penulis yang demikian pada dasarnya dilandasi oleh fakta  pertama, yang penulis ketahui dari medsos hari sebelumnya kalau Setya Novanto sakit pasca ditetapkannya kembali sebagai tersangka Mega korupsi E-KTP, yang kedua penulis belum mengetahui kalau ada proses penangkapan yang kemudian ternyata Setya Novanto sudah pergi dijemput tamu sebagaimana diungkapkan. Pengacaranya kemudian.

Menjadi gatuk gatuk matuk setelah Setya Novanto mengalami "musibah" yang konon mobilnya menabrak tiang listrik dan dikabarkan Setya Novanto dirawat di Rumah Sakit, yang tentunya tergolong elit di Permata Hijau. Matuk, atau mak tuk, kepetuk pas antara komen penulis dengan realitas sore harinya tentu sebuah kebetulan, namun ketika hal itu diungkap, maka hal yang kebetulan itu pun bisa dijelaskan dalam beberapa versi.

Versi pertama, versi religius, yang meyakini bahwa ungkapan adalah doa, dan dalam keyakinan teman yang yakin, bahwa doa pasti terlaksana, pasti dikabulkan. Bentuk pengabulan ungkapan "yang itu nyarinya mudah paling di rumah sakit elit" adalah akhirnya tuhan mengantarkan Setya Novanto ke Rumah sakit, dengan cara mengalami kecelakaan dimana mobilnya menabrak tiang listrik, dan Setya Novanto sendiri dilarikan ke rumah sakit. Penyebab kecelakaan sendiri belum penulis dapatkan informasinya.

Versi ke dua menganggap bahwa komentar penulis sebagai ramalan yang tepat. Tentu saja hal ini absurd karena penulis bukan peramal dan sangat menghindari masalah ramal meramal yang, dalam keyakinan penulis sebagai hal tabu yang berdosa. Dosa meyakini ramalan seingat penulis adalah tidak diterimanya ibadah kita selama empat uluh hari. Penulis tidak punya kompetensi dan hobi dalam masalah ramal meramal.

Versi ke tiga menyebutkan bahwa komentar saya memberi inspirasi bagi Setnov bagaimana bisa sampai di rumah sakit sebagaimana isi komentar itu. Rekam lain memperkuat bahwa itu jalan satu satunya setelah jalan lain tidak mungkin. umroh atau pergi keluar negeri jelas tidak mungkin karena Setnov dicekal. Versi ini menurut hemat penulis sebagai hal yang paling absurd. Bagaimana mungkin  jutaan komentar di fesbuk bisa dibilang kemudian dijadikan inspirasi, bisa terbaca saja kemungkinannya seper ratusan juta.

Meski yang ke tiga adalah yang paling absurd, namun jika ada yang terjadi pada Setnov terinspirasi dari komentar itu, sudah barang tentu saya merasa Mak dek ! Tapi mudah mudahan tidak, walaupun kalau di gatuk gatuk akan menjadi matuk.Keyakinan bukan karena tenrinspirasi yang kemungkinannya sangat kecil itu justru menjadi besar ketika banyak komentar-komentar yang meragukan tentang real accident, kecelakaan itu benar-benar terjadi. Banyak komentar miring terkait dengan kecelakaan yang dialami oleh Setya Novanto tersebut. Artinya, banya yang berpendapat kalau kecelakaan itu dibuat atau bahasa kerennya direkayasa, sudah barang tentu anggapan-anggapan itu terlalu dini untuk diungkapkan.

Bagi saya, tiangpun sesungguhnya bisa bicara !. Dia akan memberikan kesaksiannya dan tidak akan sudi dijadikan kambing hitam. Apa yang terjadi pada pada tiang itu, dapat dijadikan data dan fakta yang bicara sesungguhnya apa yang terjadi pada peristiwa itu. Iptek, terutama ilmu fisika, terkait tabrakan dari benda yang bergerak akan dapat menyimpulkan laju maupun akselerasi bahkan arah datangnya mobil beserta momentim/gaya yang ditimbulkannya. Dengan demikian, jika saya mengatakan tiang pun akan berbicara, sesungguhnya bukanlah sekedar gatuk gatuk matuk, masalahnya pihak berwajib mau tidak menggunakan iptek beserta team ahlinya untuk mendapatkan Scientivic Effedenci, bukti=bukti ilmiah dari tabrakan itu beserta konsekuensi-konsekuensi yang trjadi, termasuk konsekuensi terhadap tubuh Setya Novanto sendiri. 

Mari kita buktikan dengan iptek. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun