Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cerdas Politik untuk Indonesia Lebih Baik

13 Maret 2016   11:03 Diperbarui: 13 Maret 2016   11:40 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kunci dari "mengunci" langkah Ahok adalah komitmen kekaderan partai dalam membangun politik dan demokratisasi di NKRI. Fungsi pendidikan Politik dari Partai Politik harus dimaksimalkan disamping menghadapi PILKADA 2017 juga sekaligus PEMILU 2019 dan lebih jauh dari pada itu adalah membangun kekuatan politik bangsa.

Kasus Kutu Loncat Ahok adalah pelajaran terbaik bagi Partai Politik untuk kembali pada fungsinya sebagai pilar demokrasi NKRI dengan kepatuhan kepada hukum dan perundang-undaangan yang ada, dan lebih utamanya adalah funsi mengawal perjalanan bangsa sesuai tujuan proklamasi kemerdekaan RI, yang diperankan oleh para kader dan pemimpin partai politik itu sendiri.

Partai politik harus sadar, bahwa tanpa komitmen kekaderan dari para pemimpin dan anggota partai politik, nilai-nilai ideal partai politik untuk diwujudkan dalam pembangunan bangsa sangat sulit untuk dilakukan. Para politisi oprtnis, tidak akan pernah peduli dengan nasib partai politiknya, yaang terpenting mereka dapat mencaplok (predasi) jabatan yang diambisikaannya dengan locat kian kemari, sesuai tawaran yang menarik, yang pada ahirnya tega meng Kick Of partai politik itu sendiri.

Kampanye negatif Ahok yang mengatakan partai politik tidak menyejahterakan rakyat adalah indikasi bahwa Ahok tidak sadar, bahwa sebenarnya tugas itulah yang harus dilakukannya sebagai orang yang dipercaya (diberi amanah) oleh partai politik dan diusung menjadi kandidat dalam pemilihan baik parlemen (legislatif) maupun eksekutif.

Sebagai kaader Golkar, peran atau karya Ahok di paremen tidak pernah kita dengar, demikian juga ketika berpindah partai dan menjadi pemimpin daerah di salah satu kota/kabupaten Bangka belitung. KIta sangat tahu prestasi Walikota Solo, Jokowi ketika dipasangkan oleh cagub yang diusung oleh Gerindra, Ahok. namun Ahok sendiri prestasinya lamat-lamat.

Gebrakan Jokowi yang didukung oleh parati politik yang kuat di DKI, PDI Perjuangan lah, pasangan Jokow Ahok kian berkibar, dan kibaran Jokowi diwariskan kepada Ahok ketika Jokowi harus menjalankan tugas lebih berat sebagai Presiden RI. Ahok lupa bahwa selama menjadi gubernur dia disupport oleh partai-partai pengusungnya, Menghadapi oknum-oknum terutama dari partai lain yang terus berseberangan dengannya.

Terkait dengan apa yang dilakukan Ahok, Masyarakat yang cerdas politik sekaligus memiliki komitmen kekaderan tidak akan mudah tergiur oleh manuver-manuver Ahok yang sangat membahayakan pembangunan politik bangsa, yang pada ahirnya melemahkan posisi politik RI di tengah konstelasi politik dunia.
Hal itu dikarenakan pragmatisme yang didengungkan sejalan dengan Depolitisasi dan Deparpolisasi merupakan upaya sistematis membunuh kesadaran politik bangsa sebagai modal dasar membangun sebuah negara.

Oleh karena itu, sekali lagi, fungsi pengkaderan dan pendidikan politik dari partai politik harus segera dilakukan, sehingga masyarakat menjadi cerdas politik. Penulis yakin, Masyarakat Cerdas Politik, Indonesia menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun