Ketika pemerintah dalam hal ini Mendikbud bermaksud menciptakan suasana Ujian Nasional yang aman tanta tekanan dengan UN Tanpa Polisi, melalui media ini kami mengapresiasi positif. Melalui tulisan berjudul “Ujian Nasional Tanpa Polisi” penulis ungkapkan “Ujian Nasional tanpa penjagaan ketat polisi secara menyolok (terang-terangan) merupakan pilihan yang bagus untuk menciptakan suasana ujian yang lebih nyaman. Ini bukan berarti peran aparat negara ini tidak dibutuhkan. Hal ini terkait dengan realitas dari tahun ke tahun semarak kebocoran terutama jual beli kunci jawaban terus berlangsung.
Untuk tahun ini, hal tersebut sudah terindikasi pada beberapa try out bersama. Uji coba Ujian Nasional tentu dimaksudkan untuk melihat kesiapan peserta didik dlm menghadapi UN. Hasil murni yang diperoleh menjadi landasan tindak lanjut persiapan untuk waktu yang tersisa. Sayang hal ini dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dengan maraknya pembocoran try out. Selain merusak karakter peserta didik, tindakan tidak bertanggung jawab juga menghianati kerja sesama guru.
Isue yang dikembangkan dalam Ujian Nasional tahun 2015 adalah jujur dan berprestasi. Secara inplisit mengandung makna PENGAKUAN ATAS KETIDAK JUJURAN & TIDAK BERPRESTASINYA dunia pendidikan kita, sebuah isue Introspektif. Sayangnya dari tahun ke tahun kebocoran dan kecurangan terjadi dan seolah dibiarkan saja. Meskipun hasil Ujian Nasional tahun ini tidak menentukan kelulusan siswa, Sekolah harus tetap memiliki komitment tinggi Untuk meningkatkan kulitas pendidikan dengan jujur dan sungguh-sungguh.
Mungkin karena Nilai Ujian Nasional kali ini toidak menentukan kelulusan maka Harga Bocoran Kunci Jawaban Ujian nasional satu paket (6 pelajaran) jatuh drastis. Jika tahun lalu harga 1 paket di atas Rp.200.000, saat ini hanya berkisar Rp. 85.000. Demikian pantauan kami dari laporan masyarakat.
Walaupun harga bocoran kunci jawaban telah jatuh, sebagai pendidik, kami memohon Kemendikbud benar-banar memberantas praktek-praktek yang merusak pendidikan terutama bagi generasi muda itu.
Praktek yang terpantau adalah melalui bimbel-bimbel dan ada indikasi pembocoran saat try out di DKI adalah "test case" promosi tepat tidaknya kunci jawaban bocoran itu. Kami menghimbau kepada seluruh masyarakat pendidikan Indonesia dan masyarakat yang mencintai pendidikan Indonesia untuk berpartisipasi dalam menjaga kejujuran UN 2015.
Berdasar pengalaman menangkap basah "sontekan jawaban" dari berbafai tugas mengawas ujian, penulis memaparkan : peserta tidak lagi menggunakan HP yang sesuai aturan harus dikumpulkan. Beberapa modus dilakukan siswa diantaranya: ditempel di bagian tubuh dg menggunakan label, dimasukkan di jam tangan yg dimodifikasi, menyelipkan di rautan pinsil. Dll. Pengawas perlu jeli mengawasi gerak gerik tak wajar peserta ujian. Jdkan Pelaku sbg "justice collaborator"
Untuk member gambaran jalannya Ujian Nasional SMA 2015, penulis mencoba mengorek informasi kejadian yang berkembang selama Ujian nasional dari tanggal 13 hingga 15 April 2015 dalam Jurnal UN sebagai berikut :
JURNAL UN HARI PERTAMA
Rekan saya yang mendapat tugas mengawas di sebuah SMA Negeri menuturkan, ketika dia baru saja mengecek identitas siswa di Lembar LJUN, ternyata sudah sebagian selesai menjawab soal yang diujikan. Dia heran padahal tidak ada HP dll.
Temen lain menjawab : anak sekarang itu canggih-canggih !