Menjelang perrayaan tahun baru 1 Â Muharram 1436 Hijriyyah beberapa hari yang akan datang, Â Pidato Pertama Pressiden RI Ir. Joko Widodo seakan menemukan konteksnya. Assura yang juga diyakini sebagai hari berlabuhnya Perahu Nuh AS. di Puncak Juddi (Puncak Dunia Baru), seakan menjadi relevan dengan Seruan Jokowi yang mengajak seluruh elemen bangsa naik ke Bahtera Indonesia, sebagai bangsa Maritim. Seruan itu seakan seruan Nuh kepada kaum nya agar mau naik ke perahu untuk menyelamatkan kaumnya dari air bah yang segera datang. Seruan Jokowi mengajak kita untuk menghadapi tantangan riil yang semakin dahsyat dengan Bahtera Indonesia yang dinahkodainya.
Pidato Pertama Jokowi bagi kami dimaknai sebagai ajakan untuk bersama sama mengelar pelayaran agung bahtera Indonesia  dengan kerja sama seluruh bangsa.  Selain menyadarkan sebagai bangsa Bahari, pidato itu juga memunculkan fakta bahwa Presiden Jokowi sangat sadar, tanmtangan begitu besar,  Bahtera Indonesia harus benar-benar dilayarkan dengan spirit kerja sama. Kita selayaknya segera bertekad dengan  "Bismillahi majreha wa mursaha, inna robbi la ghofurur rohim"  mari bahu membahu melakukan perahu Indonesa terus maju. Kita adalah putera puteri bahari yang siap menaklukan badai dan karang untuk mencapai dermaha impian, inilah yang meskinya kita ikrarkan bersama, bukan hanya sumpah Jokowi, tetapi harus menjadi sumpah kita bersama.
Pidato dilakukan dengan tenang, sehingga terasa tartil (las las an - jw) mengungkapkan secara ringkas dan jelas dengan memposisikan diri sebagai TEAM BUILDER bukan One Man Show. Jowkowi telah dilantik oleh MPR artinya milik seluruh bangsa. Oleh karenanya hapus jarak No. 1 dan No. 2, Yang ada adalah No. 3 dari Pancasila, Persatuan Indonesia, salam 3 jari !. Â Memang masih banyak oknum-oknum yang mencoba mengusik dengan pernyataan dan pertanyaan yang tidak perlu.
Bagai penulis, Mereka yang terus mengusik  semangat kekuatan kerelaan pendukung Jokowi pada hakekatnya sebagai cerminan hatio yang parah : dengki dan iri hati. Juga mereka adalah pribadi pribadi yang Tidak memiliki Empati  dan tidak memahami karakter bangsa ini. Ironisnya hal ini banyak dilakukan oleh elit. Di sosial media banyak pertanyaan dan pernyataan serta gambar yang mencoba memojokkan Jokowi dengan Tasyarkuran Rakyat yang begitu meriah. Foto itu bermaksud memojokan Jokowi tetapi sebenarnya membuka kelemahan pemuatnya.
Kekuatan kerelaan yang ditunjukan oleh mayoritas rakyat Indonesia pendukung Jokowi yang tulus membantu apa saja yang mereka mampu tentu TIDAK DAPAT DIPAHAMI oleh mereka yang EGOIS DAN CLAMIT. Tetapi sesungguhnya jika kita tengok SEJARAH PERJUANGAN BANGSA, rakyat Indonesia adalah bangsa yang Rela MEMBANTU APA YANG MEREKA MAMPU untuk perjuangan. Tentu saja Para Cecunguk Penjajah sangat Terusik. Jika ada yang terusik dg kerelaan pendukung Jokowi  ini menunjukan  mereka adalah  seorang Individualis Egois, yang tidak paham Ikatan Batin dan Jiwa Gotong Royong.
Meskipun elit yang dulu berseberangan pada akhirnya menunjukan nuansa berbada,  itu Wajar saja Ketika fakta dukungan thdp Jokowi begitu dahsyat,  maka  banyak yang berbelok menyatakan dukungan. itu sebuah tuntutan nyata. Pertama, Itu instink mimikri dalam upaya survival. Sebab jika tidak melakukan hal itu mereka akan berhadapan dg fakta, kekuatan kerelaan. Yang Hebat ya Jokowi, tetap menyambutnya mesti kami yakin Jokowi tahu yang sesungguhnya. Bagi kami setelah diperlihatkan berbagai fakta kemudian berbalik bertobat,  itu hanyalah seperti  taubat saat sakaratul maut tidak bermakna.
Kedua, jika kita menilik ke teori motif, Â dimana Motif selalalu butuh pemuasan. Â Maka Ketika alat pemuasnya telah tercapai, maka dia merasa nyaman. Namun yang namanya manusia, selalu membangun sensasi untuk meraih kepuasan baru yg addiktif. Saat ini terasa tenang krn alat pemuas berupa jabatan di parlemen telah diraih. Jokowi harus terus "ruruh sarta wasis samubarangipun" tetap WASPADA dalam segala hal, termasuk terhadap langkah langkah macan yg mendekat.
Perlu disampaikan disini, memang banyak masukan sejak dari pooling, survey hingga kajian kajian track rekord oleh berbagai pihak dalam upaya mewujudkan Kabinet yang Ideal, The dream team. Namun perlu disadari pula, bahwa mereka yang unggul di survey, atau faktanya memang memiliki kehebatan, tidak mesti akan menjadi sebuah team yang hebat secara otomatis. Dua penyanyi hebat tidak otomatis menjadi satu duet yang kompak dan serasi, boleh saja bahkan menjadi duel dalam bernyanyi. Sebelas pemain bola yang paling top, tidak otomatis menjadi satu kesebelasan dengan permainan yang sangat menawan. Terkait dengan team, tidak sekedar menyangkurt teknik, adfa khemistri, ada hal-hal lain yang sangat diperlukan
Walau demikian kami sangat yakin Orang yang banyak berinteraksi lansung dengan orang banyak, maka kejelian intuisi terhadap orang lain jauh lebih tajam dari pada mereka yang bangga di belakang Meja dan asing di menara gading. JOKOWI dapat mengandalkan ketajaman itu dalam merancang bangun "Construct" kabinetnya. Berilah Prerogrative Jokowi Sepenuhnya jika ingin tercipta Indonesia Hebat. Oleh karenanya kami dapat mengatakan : We Trust U, Jokowi !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H