3. Belajar dari MH370
Beberapa jam setelah pesawat jet Malaysia Airlines lenyap pada Maret lalu, pemerintah Malaysia kebingungan. Para pejabat kerap menyampaikan informasi yang sering bertentangan atau membingungkan. Keluarga penumpang dan keluarga kru mengeluhkan cara perusahaan memperlakukan mereka.
Dalam kasus AirAsia, baik pemerintah Indonesia dan pejabat maskapai tampaknya sudah memilih langkah yang lebih tepat. Keluarga penumpang Air Asia mendapat dukungan untuk melalui 'mimpi buruk' itu.
4. Ketepatan Lokasi
Dengan mengetahui secara lebih tepat lokasi Air Asia saat kehilangan kontak, area pencarian lebih kecil apalagi lautnya dangkal. Menurut Steven Wallace, mantan direktur Badan Investigasi dan Penerbangan Federal Amerika Serikat, hampir pasti akan jauh lebih mudah bagi tim pencari untuk menemukan pesawat Air Asia.
Meskipun para pengamat cenderung "meniadakan" faktor pembajakan, Â namun demikian mengingat "bebarapa waktu lalu" TNI ditantang oleh kelompok teroris, maka boleh jadi kasus teroris itu ada betatapun kecilnya kemungkinan. Sudah barang tentu, berbagai skenario yang terjadi pada kasus Malaysia Airlines MH370. Sebab kenyataannya yang menghadapi cuaca yang seperti itu bukan hanya pesawat Air Asia QZ8501 seperti telah diungkapkan di atas.
Hanya saja, siapa yang terlibat dalam "pembajakan" pesawat AirAsia QZ8501 dengan segala "skenarionya" yang berbeda dari Malaysia Airlines MH370 memang perlu juga ditelisik. Skenario yang berbeda itu bisa saja model komunikasi, Masalah ke dalaman laut, semua perubahan bisa saja meruopakan hasil belajar darai kasus Malaysian Air Lines MH370, sudah barang tentu dengan  variasi target-target terorismenya.
Sebagaimana kasus  Malaysia Airline MH370, maka Manifes penumpang Air Asia QZ8501 yang telah beredar  di mass media bisa saja dijadikan awal penelisikan ke arah "pembajakan" tersebut.  Karena dari manifest yang beredar itu,  kita bisa melihat alasan apa dan  mengapa pesawat itu yang menjadi target. Yang terpenting adalah jangan pernah menutup kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H