Mohon tunggu...
Darwis Jamal Takdir
Darwis Jamal Takdir Mohon Tunggu... profesional -

Menulis adalah bagian dari jiwa dalam kehidupan saya untuk selalu menyuarakan kebenaran Tuhan. Karena itu, suara hati menjadi cermin dalam melihat kebenaran sesungguhnya. Ketua Lembaga Dakwah Ukhuwatul Islamiyah Pusat Gowa, Sulawesi Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasib Pilu Guru Mengajar di Daerah Terpencil Luwu Utara

5 September 2017   09:08 Diperbarui: 5 September 2017   09:27 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mendorong semua  pihak satuan pendidikan (sekolah)  di Indonesia untuk intens  melakukan  terobosan  dan inovasi sehingga lahir  suasana belajar mengajar yang  nyaman bagi  peserta didik. Harapan  itu,  terungkap  ketika  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. dr Muhajir Effendi mengakhiri  acara peresmian Kelas Inspirasi di salah  satu  sekolah di  Jogyakarta   baru saja  ini.

Bukan hanya  itu, Mendikbud  juga  berharap kedepan bahwa kepala  sekolah dan guru hars  ada  perubahan positif yang muncul  dalam menata pendidikan di lingkup masing-masing. Termasuk  membenahi  sistem  kelas  dan peran  guru harus ditingkatkan, sehingga  posisi tawar para guru termasuk  sekolah  tersebut makin kuat.  Merealisasikan  harapan  progres itu, bukan  perkara  mudah, namun  dibutuhkan  kerja keras dan  i'tikad baik kepala sekolah untuk menunjukkan integritasnya dalam  membangun kualitas  pendidikan yang  lebih  baik.  Progres ini  muaranya  adalah  melahirkan motivasi  para guru  dalam mengajar   yang  benar-benar -benar  menyentuh   pribadi semua  murid. Tujuannya   agar  penyelenggaraan  pendidikan  di negeri  ini  benar-benar tercipta kondisi nyaman dan  membuahkan  hasil  maksimal mulai tingkat  sekolah dasar hingga  sekolah lanjutan atas.

Mewujudkan  semua  harapan  itu,   bukan tanpa  kendala dan tantangan. Sebab,  sarana dan prasarana pendidikan masih menjadi problem klasik dan timpang. Buktinya,  sekola   yang ada  di kota dan  daerah  terpencil masih  tampak timpang, bahkan  terjadi  disparitas   yahng   amat  tajam.  Belum lagi,  tunjangan  profesi  serta sertifikasi mengajar  para  guru   di  daerah   pedalaman kerap  lambat  dibayarkan dengan  berbagai dalih. 

Sebut  saja,  guru  yang  mengajar  di Kecamatan Rongkong, Seko dan Rampi  dalam   wilayah  Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi. tiga  kecamatan terjauh dan terisolir di kabupaten penghasil kakao  terbesar dalam  wilayah Sulsel  ini, mengeluhkan   akibat  keterlembatan  menerima   gaji  dan sertifikasi.   " Para guru yang mengajar di  tiga  kecamatan tersebut, sejatinya  diberi  prioritas utama  untuk  mendapatkan  tunjangan khusus  dari  pemerintah  supaya  pelaksanaan aturan  tersebut  tidak  terkesan pilih kasih," komentar salah seorang kepala desa di Kecamatan Rampi.

Berbagai  keterangan  guru  yang diperoleh  oleh penulis di tiga  kecamatan di atas, berharap  bisa menerima  dana  tambahan berupa  tunjangan khusus. Dari enam desa  di Kecamatan  Rampi, hanya  ada tiga  desa yang  gurunya  berjumlah dua orang. Ketiga desa  itu  adalah Desa Tende Boe, Desa Sulaku dan Desa Leboni  berada dalam wilayah  Kecamatan Rampi. Guru  yang  mengajar  di sana  selain  menerima gaji pokok tiap bulan,  juga hanya menerima  tunjangan khusus dari pemerintah.  Akan  tetapi, tiga desa lainnya,  belum ada satu pun  guru  yang  menerima tunjangan  serupa. Karena  itu,  berbagai  pihak mengharapkan, perlunya  ditinjau ulang terkait  pemberian  tunjangan khusus  para guru  yang  mengajar di  daerah terpencil. 

Masalahnya, mereka  menilai   kebijakan  itu, tidak  adil, bahkan  cenderung  memicu  kesenjangan dalam  dalam  dunia  pendidikan khususnya  di Kabupaten Luwu Utara. Mereka juga  memberi argumentasi kalau pemberian  tunjangan khusus kepada guru yang  mengajar di daerah, seharusnya  mengedepankan  rasa keadilan dan pertimbangan kemanusiaan lebih humanis. 

Sementara  guru  yang  menerima tunjangan khusus mengaku, sudah tiga triwulan belum dibayarkan haknya. "Kami tunggu sampai sekarang belum cair. Padahal,  setahu  saya  tunjangan khusus adalah  hadiah  tambahan bagi guru yang mengajar  di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Kami perlu dibayarkan tunjangan khusus sesuai  tepat  waktu   agar  lebih  bersemangat  mengajar," ujar Zakaria, salah seorang  guru  penerima  tunjangan khusus di Kecamatan Seko.  ***

ka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun