Peran moral dan pagar moral tak segagah polisi penjaga keamanan, tapi dapat lebih andal jika penduduk mengerti dan paham akan arena wisata; kebebasan - kebahagiaan. Pelancong membeli dengan kepuasan, bukan dengan kekecawaan. Wisatawan tergoda akan "mautnya" rayuan. Anggaran pendapatan "kebahagian" mampu memperbaiki neraca anggaran pendapatan belanja daerah.Â
Alam menggoda, panorama pun merayu. Euforia liburan adalah refleksi dengan kebahagiaan. Liburan adalah hak fundamental bagi siapa saja. Hak untuk menikmati jamuan keramahan, kenyamanan, kedamaian dan "kebebasan". Wisatawan harus bebas dari kehilangan barang, bebas "eksotis-ekspresif" dalam ruang.Â
Navigasi kenyamanan ada disetiap kehadiran pura di Bali. Hawa dari "doa di atas bukit" pun demikian, memberi rasa nyaman sepanjang pesisir Danau Toba. Interkoneksi kebajikan -- kearifan -- kesantunan "benteng" bagi pelancong dan pemburu wisata.Â
Ketenangan permurnian cinta dan doa ada di Bali dan Danau Toba. Marga Batak dan soroh di Bali pun siap mengawal setia.Â
Di bandara I Gusti Ngurah Rai, kita disambut dengan tulisan; Bali is my life. Apa di bandara Silangit boleh dengan; Danau Toba is my dream? Â Dua-duanya, representasi "menggoda" dan "merayu" pelancong wisata. Kejarlah keheningan di Bali, kejarlah kedamaian di Danau Toba. Bali popular dengan destinasi perayaan pesta cinta, ayo, Danau Toba popularkan destinasi impian. Keduanya mampu merenda "surga" bagi pengunjung wisata.
Berita perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-17 pada tanggal 17 Agustus 2016 yang dipusatkan di Danau Toba, memastikan satu keseriusan pemerintah mengundang mata dunia melirik Danau Toba. "Roh" pantai Danau Toba dan Tomok - Samosir "dipanggil" kembali, hadir pemberi impian bagi wisatawan. Refleksi impian bagi penduduk sekitar akan perubahan karakter melayani.Â
Bersiap mengintili kembali Danau Toba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H