Squid Game adalah film yang tidak kalah hot-nya dengan berita pandemi covid-19. Film ini menggambarkan manusia yang demi mendapatkan uang banyak bisa melupakan esensi dari makhluk sosial. Apakah uang lebih penting dibandingkan nyawa manusia?
Manusia secara naluri ketika dalam keadaan terpojok kerap kali menghalalkan segala cara demi menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sebenarnya ini normal, akan tetapi jika kita mampu melihat sebab dan akibat, maka pasti akan berbeda dengan kejadian dalam film Squid Game ini.
1. Ketika hendak berenang, maka kita harus mengenakan pakaian renang. Bayangkan jika kita mengenakan jas untuk berenang. Tidak perlu berharap gaya renang apapun, terapung saja susah karena jas tidak bisa menyerap air. Hal seperti ini sudah bisa diprediksikan di awal apa yang akan terjadi. Penyebabnya adalah mengenakan jas, akibatnya tidak bisa berenang dan bahkan nyawa pun terancam. Ketika nasi sudah menjadi bubur, kita mau menyalahkan siapa? Menyalahkan pemilik kolam renang? Tidak mungkin.
Pertanyaan pertama yang perlu dicari tahu jawabannya adalah sudah berapa lama manajernya menjabat posisi tersebut? Tidak semua manajer hanya makan gaji buta. Manajer bertanggung jawab di ranah manajemen, melakukan perencanaan, delegasi, dan kemudian pengontrolan / memastikan semua bekerja sesuai apa yang telah direncanakan. Ini tidak mudah lho sebenarnya. Abraham Lincoln mengatakan "Beri saya waktu enam jam untuk menebang sebatang pohon dan saya akan menghabiskan empat jam pertama untuk menajamkan kapaknya".
Seong Gi-Hun di dalam film Squid Game ini memenangkan 45.6 juta won. Dia berhasil menjadi pemenang dan mengalahkan ratusan pesaing dalam permainan yang mematikan. Apakah dia bahagia kemudian? Yang menarik dari ending film ini adalah munculnya kebijaksanaan dari dalam diri Seong Gi-Hun. Dia tidak berfoya-foya atas uang yang telah dimenangkannya.
Setiap orang pada dasarnya memiliki jiwa kebijaksanaan, dan kebijaksanaan tidak untuk dipamerkan, melainkan untuk dipraktekkan. Akan tetapi, kebijaksanaan itu muncul berkat adanya pengetahuan atau pengalaman, dan pengetahuan itu muncul dari informasi yang diperoleh dari belajar.
Walaupun kita telah menyelesaikan pendidikan akademis, belajar itu adalah wajib dan tidak boleh berhenti. Pengetahuan membuka sudut pandang kita, dan setelahnya kita membuka pintu solusi untuk orang-orang yang ada di sekitar kita.