Membuat website tidak semata-mata hanya menghadirkan website kemudian bisnis online akan berjalan dengan sendirinya. Membangun sebuah bisnis online sama seperti membesarkan seorang anak, perlu dikembangkan, dan perlu memperhatikan banyak faktor untuk menjadikannya website yang nyaman digunakan oleh pelanggan.
Banyak profesional muda berlatar belakang IT bisa membangun website dalam waktu yang relatif singkat tanpa ada pemodelan. Sebenarnya tidak salah sih jika sudah berpengalaman, akan tetapi bisa lebih sempurna jika dilengkapi dengan sketsa, wireframe, mockup, atau prototype. Apa sih perbedaannya?Â
Pemodelan adalah blueprint yang dapat dijadikan sebagai acuan oleh developer IT untuk membuat website ataupun apps (Android, iOS). Lebih mudah bukan bagi developer IT? Karena sudah disediakan kerangkanya, sehingga developer tidak perlu menghabiskan waktu untuk memikirkan lagi tata letak, pewarnaan, font, dan lain-lain.
User experience adalah pengalaman yang dimiliki seseorang ketika mengunjungi website anda. Kita ketahui bersama sejak pandemi covid-19 menghampiri Indonesia, banyak bisnis offline yang survive dan memasuki dunia online untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Yang tidak memahami teknologi pun harus belajar teknologi. Beginilah realita kehidupan.Â
Pastinya dari sekian banyak orang yang telah berkecimpung di dunia online telah banyak melihat website-website lainnya. Pengalaman mereka pun sudah berbeda. Jadi apa yang telah menjadi standar di dalam suatu website tidak boleh dihilangkan. Apa saja ya? Yuk kita kupas.
- Pastikan pelanggan yang mengontrol website, bukan sebaliknya. Pelanggan bebas melihat-lihat apa isi website dan tidak boleh kita paksa hanya boleh melihat halaman tertentu. Prinsip "pelanggan adalah raja" tidak boleh dilupakan lho.
- Usahakan tampilan website dan apps konsisten supaya pelanggan tidak terkejut "lho kok beda?".
- Jangan memaksa pelanggan menghapal struktur website, misalnya sediakan wishlist atau cart (keranjang belanja). Jadi ketika pelanggan menemukan produk yang disukai, dia bisa masukkan sementara ke dalam wishlist atau cart sebelum lakukan pembayaran.
- Jangan memaksa pelanggan melakukan hal yang sebenarnya bisa dilakukan oleh website, misalnya menyediakan fitur mengurutkan produk dari harga termurah sampai termahal. Tidak mungkin kan pelanggan harus mengurutkannya sendiri secara manual?
- Sediakan interaksi yang fleksibel, misalnya ada fitur copy-paste, drag and drop, dan lain-lain.
- Pelanggan bisa melakukan cancel atau undo terhadap suatu proses tertentu, misalnya pembatalan transaksi ketika terjadi kesalahan order.
- Sediakan fasilitas customization untuk pelanggan advanced, misalnya header kolom yang bisa dipindah-pindah.
- Jangan membuat pelanggan harus mengatasi hal-hal teknis, jadi jika ada pesan error harus ditampilkan menggunakan bahasa yang paling sederhana dan mudah dipahami.
- Buat fasilitas default yang berarti, misalnya domisili bisnis berada di kota Jakarta, maka ketika pelanggan melakukan pendaftaran akun di website langsung sediakan nilai default "Jakarta" di kolom "Kota".Â
- Visual layout harus berdasarkan dunia nyata. Sederhananya di halaman pendaftaran hanya sediakan informasi-informasi yang benar-benar berkaitan dengan profil pelanggan. Tidak perlu meminta pelanggan untuk melampirkan KK (kartu keluarga), benar tidak?
Coba kita simak gambar berikut, ini adalah produk yang sangat memperhatikan user experience. Perilaku pelanggan telah terprediksi di awal dengan adanya tulisan "Thank you for folding me flat!". Seperti peramal saja ya :)
Setelahnya kita harus lakukan perbaikan dan penyempurnaan dimana tujuannya hanya satu yaitu kepuasan pelanggan. Selama pelanggan puas, maka pelanggan pasti akan setia. Fokuslah kepada masalah pelanggan, maka semua akan indah pada waktunya. :)
Selengkapnya bisa tonton di YouTube channel saya :Â